BAB
I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pendidikan
seperti sifat sasarannya yaitu manusia,mengandung banyak aspek dan sifatnya
sangat kompleks. Karena sifatnya yang kompleks itu,maka tidak sebuah batasan
pun yang cukup memadai untuk menjelaskan arti pendidikan secara lengkap.Batasan
tentang pendidikan yang di buat oleh para ahli beraneka ragam,dan kandungannya
berbeda yang satu dari yang lain.Peredaan tersebut mungkin karena
orientasinya,konsep dasar yang digunakan,aspek yang menjadi tekanan,atau karena
fahsafat yang melandasinya. Pendidikan sebagai usaha sadar yang sistematis-sistemik
selalu bertolak dari sejumlah landasan serta mengindahkan sejumlah asas-asas
tertentu.Landasan dan asas tersebut sangat penting,karena pendidikan merupakan
pilar utama terhadap pengembangan manusia dan masyarakat bangsa tertentu.
Dengan
wawasan pendidikan yang tepat,serta dengan menerapkan asas-asas pendidikan yang
tepat pula, akan dapat memberi peluang yang lebih besar dalam merancang dan
menyelenggarakan program pendidikan yang tepat wawasan itu akan memberikan
prespektif yang lebih luas terhadap pendidikan baik dalam konseptual maupun
operasional.
B.RUMUSAN
MASALAH
Agar
persoalan yang dikaji dalam makalah ini dapat terarah, maka perlu dirumuskan
masalahnya sebagaimana berikut:
1. Bagaimanakah konsep pendidikan seumur
hidup dan berbagai implikasinya?
2. Bagaimakah peran keluarga dan masyarakat
dalam pendidikan?
C. TUJUAN
Penulisan
makalah ini bertujuan untuk:
1. Untuk mengetahui konsep pendidikan seumur
hidup dan berbagai implikasinya
2. Untuk mengetahui peran keluarga dan
masyarakat dalam pendidikan
BAB II
PEMBAHASAN
A. KONSEP PENDIDIKAN SEUMUR HIDUP DAN BERBAGAI
IMPLIKASINYA
a. Konsep Pendidikan Seumur Hidup
Dalam GBHN
dinyatakan bahwa “pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan di dalam
lingkungan rumah tangga, sekolah, dan masyarakat. Karena itu, pendidikan ialah
tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat, dan pemerintah”. Konsep
pendidikan seumur hidup merumuskan suatu aas bahwa pendidikan adalah suatu
proses yang terus-menerus (kontinu) dari bayi sampai meninggal dunia. Konsep
ini sesuai dengan konsep islam seperti yang tercantum dalam hadis Nabi Muhammad
SAW., yang menganjurkan untuk belajar mulai dari buaian sampai ke liang kubur.
1. Pendidikan sekolah dan pendidikan luar
sekolah
Di dalam
UU Republik Indonesia No.2 Tahun 1989 tentang system Pendidikan Nasional Pasal
10 Ayat (1), pendidikan itu hanya dibagi dua, yaitu pendidikan sekolah dan
pendidikan luar sekolah. Pendidikan luar sekolah dibagi pula yang dilembagakan
dan yang tidak dilembagakan.
Dalam
konsep pendidikan seumur hidup pendidkan sekolah, pendidikan luar sekolah yang
dilembagakan, dan yang tidak dilembagakan ssaling mengisi dan saling
memperkuat.
Philip
H. coombs mengklasifikasikan pendidikan ke dalam tiga bagian, yaitu pendidikan
informal (pendidikan luar sekolah yang tidak dilembagakan) pendidiakan formal
(pendidiakan sekolah) pendidikan non-formal (pendidikan luar sekolah yang
dilembagakan). Kata-kata “pendidikan luar sekolah yang tidak
dilembagakan”,”pendidikan sekolah”,dan “pendidiakan sekolah yang dilembagakan”
merupakan istilahyang digunakan dalam UU sistem Pendidika Nasional din atas.
a) Pendidikan luar sekola yang tidak
dilembagakan
Pendidikan
luar sekolah yang tdak dilembagakan adalah proses pendidikan yang diperoleh
seseorang dari pengalaman sehari-hari dengan sadar atau tidak sadar, pada
umumnyatidak teratur dan tidak sistematis, sejak seseorang lahir sampai mati, seperti
di dalam keluarga, tetangga, pekerjaan, hiburan, pasar, atau didalam pergaulan
sehari-hari.
Walaupun
demikian, pengaruhnya sangat besar dalam kehidupan seseorang, karena dalam
kebanyakan masyarakat pendidiakan luar sekolah yang tidak dilembagakan berperan
pentin g melalui keluaga, massyarakat dan pengusaha.
b) Pendidikan sekolah
Pendidika
sekolah adalah pendidikan di sekolah, yang teratur, sistematis, mempunyai
jenjang dan yang dibagi melalui waktu-waktu tertentu yang berlangsung dari
taman kanak-kanak smpai pergiruan tinggi. Akan tetapi, saat ini sekolah bukan
satu-satunya tempa bagi setiap orang untuk bekajar. Namun, kita menyadari bahwa
sekolah merupakan tempat dan periode yang sangat strategis bagi pemerintah dan
masyarakat untuk membina seseorsng untuk membina dalam menghadapi masa
depannya.
c) Pendidikan luar sekolah yang dilembagakan
Pendidikan
luar seklah yang dilembagakan adalah semua bentuk pendidikan yang
diselenggarakan dengan sengaja, tertib, terarah dan berencana di luar kegiatan
persekolahan. Dalam hal ini, tenag pengajar, fasilitas, cara penyampaian, dan
waktu yang dipakai, serta komponen-komponen lainnya yang disesuaikan dengan
keadaan peserta, atau peserta didik supaya mendapatkan hasl yang memuaskan.
Pendidikan luar sekolah yang dilembagakan bersifat fungsional dan praktis,
serta pendekatannya lebih fleksibel. Calon peserta didik ( raw-input )
pendidikan luar sekolah yang dilembagakan, yaitu:
- penduduk usia sekolah yang tidak
pernah mendapat keuntungan/kesepakatan memasuki sekolah.
- Orang dewasa yang tidak pernah
bersekolah.
- Peserta didik yang putus sekolah (
drop-out ), baik dari pendidiakn dasar, menengah dan pendidikan tinggi.
- Peserta didk yang telah lulus satu system
pendidikan sekoalh, tetapi tidak dapat melanjutkan ke tingkat yang lebih
tinggi.
- Orang yang telah bekerja, tetapi
ingin menambah keterampilan lain.
Di
samping pendekatan yang fleksibel hendaknya dapat pula digunakan pendekatan
yang luas dan terintegrasi, agar siapa saja dapat belajar lebih lanjut
berdasarkan keterampilan pertama yang telah mereka peroleh, serta mengisi
segala kekurangan yang menghambat usaha mereka ke arah hidup yang lebih baik.
Dengan kata lain, pendidikan luar sekolah yang di lembagakan dapat memperkuat
pendidiakn luar sekolah yang tidak dilembagakan.
2. Dasar pemikiran Pentingnya Pendidikan
Seumur Hidup
Ada
bermacam-macam dasar pemikiran yang menyatakan bahwa pendidikan seumur hidup
sangat penting. Dasar pemikira tetsebut ditinjau dari beberapa segi, antara
lain :
a) Ideologis
Semua
manusia dilahirkan ke dunia mempunyai hak yang sama, khususnya hak untuk
mendap[atkan pendidikan dan peningkatan pengetahuan serta keterampilannya.
Pendidikan seumur hidup akan memungkinkan seseorang mengembangkan
potensi-potensinya sesuai dengan kebutuhan hidupnya.
b) Eknomis
Cara
yang paling efektif untuk keluar dari “linkungan setan kemelaratan” yang
menyababkan kebodohan, dan kebodohan menyebabkan kemelaratan ialah melalui pendidikan.
Pendidikan seumur hidup memungkinkan seseorang untuk:
- Meningkatkan produktivitas
- Memelihara dan mengembangkan
sumber-sumber yang dimiliki
- Memungkinkan hidup dalam lingkungan
yang lebih menyenangkan dan seha
- Memiliki motivasi dalam mengasuh dan
mendidik anak-anaknya secara tepat sehingga peranan pendidikan keluarga menjadi
sangat besar dan penting.
c) Sosiologis
Para
orang tua di Negara berkembang kerap kurang menyadari pentingnya pendidikan
sekolah bagi anak-anaknya. Karena itu, anak-anak mereka sering kurang
mendapatkan pendidikan sekolah, putus sekolah atau tidak bersekolah sama
sekali. Denga demikian pendidikan seumur hidup bagi orang atas masalh tersebut.
d) politis
Pada
Negara demokrasi hendaknya seluruh rakyat menyadari penting hak milik, dan
memahami fungsi pemerintah, DPR, MPR dan lain-lain. Karena itu, pendidikan
kewarganegaraan perlu diberikan kepada setiap orang. Dengan demikian, maka
inilah yang menjadi tugas pendidikan seumur hidup.
e) Teknologis
Dunia
dilanda oleh eksplosit ilmu pengetahuan dan teknologi para sarjana, teknisi,
dan pemimpin di Negara berkembang perlu memperbarui pengetahuan dan
keterampilan mereka, seperti yang dilakukan oleh para sejawat mereka di negara
maju.
f) Psikologi dan pedadogis
Perkembangan
IPTEK yang pesat mempunyai pengaruh besar terhadap konsep, teknik dan metode
pendidikan. Selain itu, perkembangan tersebut menyebabkan makin luas, dalam dan
kompleksnya ilmu pengetahuan. Akibatnya, tidak mungki lagi diajarkan seluruhnya
kepada peserta didik di sekolah. Karena itu, tugas pendidikan sekolah yang
utama sekarang ialah mengajarkan bagaimana cara belajar, menanamkan motivasi
yang kuat dalam diri anak untuk belajar terus-menerus sepanjang hidup; memberikan
keterampilan kepada peserta didik untuk secara cepat, dan mengembangkan daya
adaptasi yang besar dalam diri peserta didik. Untuk itu semua, perlu diciptakan
kondisi yang merupakan penerapan atas pendidikan seumur hidup.
Dalam
pendidikan seumur hidup dikenal dengan adanya 4 macam konsep kunci, yaitu :
- Konsep pendidikan seumur hidup itu
sendiri
- Konsep belajar seumur hidup
- Konsep pelajar seumur hidup
- Kurikulum yang membantu pendidikan
seumur hidup
3. Arah Pendidikan Seumur Hidup
Pada
umumnya pendidkan seumur hidup diarahkan pada orang-orang dewasaa dan pada
anak-anak dalam rangka penambahan pengetahuan dan keterampilan mereka yang
sangat dibutuhkan di dalam hidup.
a) Pendidikan seumur hidup kepada orang
dewasa
Sebagaimana
generasi penerus, kaum muda/dewasa membutuhkan pendidikan seumur hidup ini
dalam rangka pemenuhan “self interest” yang merupakan tuntunan hidup mereka
sepanjang masa. Diantara self interest tersebut, kebutuhan akan baca tulis bagi
mereka umumnya dan latihan kleterampilan bagi para pekerja, sangat membantu
mereka untuk menghadapi situasi dan persoalan-persoalan penting yang merupakn
kunci keberhasilan.
b) Pendidikan seumur hidup bagi anak
Pendidikan
seumur hidup bagi anak, merupakan sisis lain yang perlu memperoleh perhatian
dan pemenuhan olah karena anak akan menjadi “ tampat awal” bagi orang dewasa
nantinya dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Pengetahuan dan kemampuan
anak, memberi peluang yang besar bagi pembangunan pada masa dewasa dan pada
gilirannya masa dewasanya menanggung beban hidup yang lebih ringan. Proses
penddiakan menekankan pada metodologi yang mengajar oleh karena pada dasarnya
pada diri anak harus tertanam kunci belajar dan kepribadian belajr yang kuat.
Program kegiatan disusun mulai peningkatan kecakapan baca tulis, keterampilan
dasar da mempertinggi daya pikir anak, sehingga memungkinkan anak terbiasa
untuk belajar, berpikir kritis dan mempunyai pandangan kehidupan yang
dicita-citakan pada masa yang akan dating.
b. Implikasi Konsep Pendidikan Seumur Hidup
pada Program-program pendidikan
Implikasi
pendidikan seumur hidup pada program pendidikan sebagaimana dikemukakan oleh
W.P. Guruge, dalam garis besarnya dapat dikelompokkan dalam enam kategori,
sebagai berikut :
a) Pendidikan baca tulis
b) Pendidkan vokasional
c) Pendidikan professional
d) Pendidikan ke arah perubahan dan
pembangunan
e) Pendidikan kewargaan nengara dan
kedewasaa politik
f) Pendidikan cultural dan penngesian waktu
luang
c. Implikasi Konsep Pendidikan Seumur Hidup
dan Sasaran Pendidikan
Adapun
mengenai implikasi konsep pendidikan seumur hidup ini pada sasaran pendidikan
W.P. Guruge juga mengklasifikasikan dalam enam kategori, masing-masing dengan
prioritas programnya.
a) Para buruh petani
b) Golongan remaja yang terganggu pendidikan
sekolahnya
c) Para pekerja yang berketerampilan
d) Golongan technicians dan professionals
e) Para pemimpin dalam masyarakat
f) Golongan anggota masyarkat yang sudah
tua
B. PERAN KELUARGA DAN MASYARAKAT DALAM
PENDIDIKAN
a. Peran Keluarga
Dilihat
dari segi pendidikan, keluarga merupakan satu kesatuan hidup (sistem nasional),
dan keluarga menyediakan situasi belajar. Sebagai satu kesatuan hidup bersama
(sistem sosial), keluarga terdiri dari ayah, ibu, dan anak. Ikatan kekeluargaan
membantu anak mengembangkan sifat persahabatan, cinta kasih, hubungan
antarpribadi, kerja sama, disiplin, tingkah laku yang baik, serta pengakuan
akan kewibawaan. Sementara itu, yang berkenaan dengan keluarga menyediakan
situasi belajar, dapat dilihat bahwa bayi dan anak sangat bergantung kepada
orang tua, baik karena keadaan janiahnya maupun kemampuan intelektual, sosisal,
dan moral. Bayi dan anak belajar menerima dan meniru apa yang diajarkan oleh
orang tua.
Sumbangan
keluarga bagi pendidikan anak-anak adalah sebagai berikut:
a) Cara orang tua melatih anak untuk
menguasai cara-cara mengurus diri, seperti cara makan, buang air, berbicara,
berjalan, berdoa, sungguh-sungguh membekas dalam diri anak karena berkaitan
erat dengan perkembangan dirinya sebagai peribadi.
b) Sikap orang tua sangat mempengaruhi
perkembangan anak. Sikap menerima atau menolak, sikap kasih saying atau acuh
tak acuh, sikap sabar atau tergesa-gesa, sikap melindungi atau membiarkan
secara langsung mempengaruhi reaksi emosional anak.
Sangat
wajar dan logis jika tanggung jawab pendidikan terletak di tangan kedua orang tua dan tidak bisa
dipikulkan kepada orang lain karena ia adalah darah dagingnya, kecuali berbagai
keterbatasan orang tua ini. Maka sebagian tanggung jawab pendidikan dapat
dilimpahkan kepada orang lain yaitu sekolah.
Tanggung
jawab pendidikan yang perlu disandarkan dan dibina oleh kedua orang tua
terhadap anak antara lain:
a) Memelihara dan membesarkannya, tanggung
jawab ini merupakan dorongan alami untuk dilaksanakan karena si anak memerlukan
makan, minum, dan perawatan agar ia dapat hidup secara berkelanjutan;
b) Melindungi dan menjamin kesehatannya,
baik secara jasmaniah maupun rohaniah dari berbagai gangguan penyakit atau
bahaya lingkungan yang dapat membahayakan dirinya;
c) Mendidiknya dengan berbagai ilmu
pengetahuan dan keterampilan yang berguna bagi kehidupannya kelak sehingga bila
ia telah dewasa mampu berdiri sendiri dan membantu orang lain;
d) Membahagiakan anak untuk dunia dan akhirat
dengan memberinya pendidikan agama sesuai dengan ketentuan Allah Swt, sebagai
tujuan akhir hidup muslim.
Adanya
kesadaran akan tanggung jawab mendidik dan membina anak secara kontinu perlu
dikembangkan kepada setiap orang tua sehingga pendidikan yang dilakukan tidak
berdasarkan kebiasaan yang dilihat dari orang tua, tetapi telah didasari oleh
teori-teori pendidikan modern, sesuai dengan perkembangan zaman yang cenderung
selalu berubah. Tugas utama keluarga bagi pendidikan anak ialah sebagai peletak
dasar bagi pendidikan akhlak dan pandangan hidup keagamaan. Sifat dan tabiat
anak sebagian besar diambil dari kedua orang tuanya dan dari anggota keluarga
yang lain.
b. Peran Masyarakat terhadap Pendidikan
Sebagaimana yang dikemukakan terdahulu,
bahwa masyarakat merupakan lembaga ketiga sebagai lembaga pendidikan, dalam
konteks penyelenggaraan pendidikan itu sendiri besar sekali perannya.
Bagaimanapun kemajuan dan keberadaan suatu lembaga pendidikan sangat ditentukan
oleh peran serta masyarakat yang ada. Tanpa dukungan dan partisipasi
masyarakat, jangan diharapkan pendidikan dapat berkembang dan tumbuh sebagaimana
yang diharapkan. Oleh karena itu, sebagai salah satu lingkungan terjadinya
kegiatan pendidikan, masyarakat mempunyai pengaruh sangat besar terhadap
belangsungnya segala aktivitas yang menyangkut masalah pendidiakan. Apalagi
bila dilihat dari materi yang digarap, jelas kegiatan pendidikan baik yang
termasuk jalur pendidikan sekolah maupun yang jalur pendidikan luar sekolah,
berisikan generasi muda yang akan meneruskan kehidupan masyarakat itu sendiri.
Untuk iu bahan apa yang akan diberikan kepada anak didik sebagai generasi tadi
harus disesuaikan dengan keadaan dan tuntunan masyarakat dimana kegiatan
pendidikan berlangsung.
Berikut
ini adalah beberapa peran dari masyarakat terhadap pendidikan (sekolah).
a) Masyarakat berperan serta dalam
mendirikan dan membiayai sekolah.
b) Masyarakat berperan dalam mengawasi
pendidikan agar sekolah tetap membantu dan mendukung cita-cita dan kebutuhan
masyarakat.
c) Masyarakatlah yang ikut menyediakan
tempat pendidikan seperti gedung-gedung museum, perpustakaan, panggung-panggung
kesenian, kebun binatang, dan sebagainya.
d) Masyarakat yang menyediakan berbagai
sumber untuk sekolah. Mereka dapat diundang ke sekolah untuk memberikan
ketrangan-keterangan mengenai suatu masalah yang sedang dipelajari anak didik.
Orang-orang yang mempunyai keahlian khusus banyak sekali terdapat di
masyarakat, seperti petani, peternak, saudagar, polisi, dokter, dan sebagainya.
e) Masyrakatlah sebagai sumber pelajaran
atau laboratorium tempat belajae.
Dengan demikian, jelas sekali bahwa peran
masyarakat sangatlah besar terhadap pendidikan sekolah. Untuk itu, sekolah
perlu memanfaatkannya sebaik-baiknya, paling tidak bahwa pendidikan harus dapat
mempergunakan sumber-sumber pengetahuan yang ada di masyarakat dengan alasan
sebagai berikut.
a) Dengan melihat apa yang terjadi di
masyarakat, anak didik akan mendapatkan pengalaman langsung (first hand
experience) sehingga mereka dapat memiliki pengalaman yang konkret dan mudah
diingat.
b) Pendidikan membina anak-anak yang bersal
dari masyarakat, dan akan kembali ke masyarakat.
c) Di masyarakat banyak sumber pengetahuan
yang memungkinkan guru sendiri dalam mengetahuinya.
d) Kenyataan menunjukkan bahwa masyarakat
membutuhkan orang-orang yang terdidik dan anak didik pun membuthkan masyarakat.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pendidikan seumur hidup atau life long
education merupakan suatu proses pendidikan yang terus-menerus (kontinu) dan
dilaksanakan di dalam lingkungan rumah tangga, sekolah, dan masyarakat dari
bayi sampai meninggal dunia. Karena itu pendidikan adalah tanggung jawab kita
bersama. Pendidikan seumur hidup
memiliki implikasi, yaitu pada program-program pendidikan yang meliputi:
pendidikan baca tulis, kejuruan, professional, ke arah perubahan dan
pembangunan, kewarganegaraan negara dan kedewasaan politik, serta kultural dan
pengisian waktu luang. Dan sasaran pendidikan.meliputi: para buruh dan petani,
remaja putus sekolah, pekerja yang berketerampilan, teknisi dan profesionalis,
pemimpin masyarakat dan golongan masyarakat yang sudah tua.
Besarnya pengaruh peranan keluarga dan
masyarakat dalam pendidikan untuk
memajukan pendidikan terlebih lagi apabila terjalinnya komunikasi yang baik antara
keluarga, sekolah, dan masyarakat untuk membentuk anak didik yang berpendidikan
baik dari sikap, perilaku, dan agamanya. Ketiga hubungan ini menjadikannya
sebagai sumber pelajaran yang baik bagi perkembangan pendidikan yang terus
berkembang.
B. SARAN
Melalui adanya pendidikan, anak akan
dibekali dengan penalaran, keterampilan, dan sikap makarya, sehingga anak mampu
berkembang dengan lebih baik. kami berharap pemerintah memberikan sarana dan
prasara pendidikan yang lebih baik, agar anak dari usia dini terbekali dengan
pendidikan yang layak untuk mereka di hari esok.
DAFTAR
PUSTAKA
Hasbullah.
Dasar-dasar llmu Pendidikan . Ed. Revisi. Jakarta. Rajawali Pers. 2009.
M.
Arifin - Aminuddin Rasyad, Dasar-dasar Kependidikan,
Dirjen. Bimbingan lslam dan Universitas
Terbuka, Jakarta, 1991.
Tap MPR
Nomor ll/MPR/1993 tentang Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN), Bina Pustaka
Tama, Surabaya, 1993.
Ogburn
& Nimkolf, Sosiology, Houghton Mifflin Coy. New York, 1964, hlm. 291.
Robert
W. Richey, planning for Teaching an Introduction to Education, Mc.Graw Hill
Book Coy, New York 1968.
Mohammad
Noor Syam, Filsafat Pendidikan dan Dasar Filasafat Pancasila, Usaha Nasional,
Surabaya, 1986.
Tim
Dosen FIP-IKIP Malang. 2003. Pengantar Dasar-Dasar Pendidikan. Surabaya: Usaha
Nasional.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar