DESKRIPSI MONUMEN
NASIONAL
KARYA TULIS
Disusun
sebagai salah satu syarat
Untuk
menempuh
UAS
SMP N 2 Satu Atap Alian
Tahun
ajaran 2013/2014
Anggota
:
1.
SMP NEGERI 2 SATU ATAP ALIAN
PENGESAHAN
Karya tulis ini dengan judul ” MONUMEN NASIONAL JAKARTA “ ini
telah di setujui dan disahkan oleh pembimbing pada :
Hari :
Tanggal :
Mengetahui
Kepala Sekolah
Muhsinun S.pd
Wali kelas Pembimbing
Dra. Hj. Nur Khasanah Faizatun S.pd
PERSEMBAHAN
Karya tulis ini kami persmbahkan kepada :
1.
Ayahanda dan Ibunda tercinta
2.
Bapak
Muhsinun S.pd selaku Kepala Sekolah SMP
Negeri 2 Satu Atap Alian
3.
Ibu Faizatun
S.pd Selaku Pembimbing
4.
Bapak/Ibu
guru beserta karyawan karyawati SMP N 2 Satu Atap Alian
5.
Biro
Pembimbing Wisata yang telah setia menemani
6.
Adik
adik kelas yang kami cintai
7.
Pembaca
yang budiman
MOTTO
1.
Prestasi
tidak dapat diraih tanpa antusias
2.
Ilmu tanpa budi adalah kerapuhan
3.
Lari
dari satu kesulitan berarti kegagalan
4.
Buku
adalah gudang ilmu, membaca adalah kuncinya
5.
Berdoa
dan berusaha adalah kunci utama untuk
menuju kesuksesan
6.
Jalan
terbaik mengatasi kesukaran adalah menempuhnya
7.
Jagalah
janjimu, karena janji adalah ukuran kejujuran
8.
Ambilah
hikmah dari setiap kesalahan yang
terjadi
9.
Kesombongan
adalah awal dari kehancuran
10. Perbuatan nyata itu lebih baik dari pada kata-kata
11. Mengoreksi diri adalah model sebuah tindakan
12. Ilmu bagaikan kunci emas kehidupan
13. Kebodohan tidak dapat
menyelesaikan masalah
14. Menciptakan minat berarti menumbuhkan motivasi
15. Tindakan tanpa strategi adalah kebodohan
16. Hidup dalam kedamaian mati dalam keimanan
17. Hidup ini adalah perjuangan dan ujian
18. Senyum yang ramah adalah mudah murah dan ibadah
19. Selalu optimis dalam menjalani kehidupan
KATA PENGHANTAR
Assalamu’alaikum wr.wb
Dengan memanjatkan puja dan puji syukur kehadirat ALLAH SWT atas
semua karunia dan izin-Nya kami dapat menyusun karya tulis yang berjudul
“MONUMEN NASIONAL JAKARTA” sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Kami menyadari bahwa dalam karya tulis ini masih banyak kekurangan
dan jauh dari sempurna, maka dari itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran
dari pembaca yang budiman sehingga karya tulis ini dapat mendekati sempurna.
Pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terimakasih kepada yang
kami hormati :
1.
Bapak
Muhsinun S.pd selaku Kepala Sekolah SMP
Negeri 2 Satu Atap Alian
2.
Bapak
dan ibu guru yang telah memberi dukungan dan bimbingan
3.
Rekan-rekan
yang telah membantu menyelesaikan karya tulis ini
Demikian usaha kami untuk
tetap memberi yang terbaik, terimakasih.
Wassalamu’alaikum
wr.wb
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
i
PENGESAHAN
ii
PERSEMBAHAN
iii
MOTTO
iv
KATA
PENGANTAR
v
DAFTAR ISI
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1
A.
Latar belakang
1
B.
Tujuan penulisan
1
C.
Pokok Permasalahan
2
D.
Metode penulisan
2
E.
Manfaat / kegunaan
2
F.
Sistematika penyusunan
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
A. Sejarah
berdirinya monas
4
B. Ruang
kemerdekaan monas
7
C. Museum sejarah
monumen nasional
8
D. Pelataran
puncak monas
9
E. Perkembangan
monas
10
BAB III PENUTUP
15
A.
Kesimpulan
15
B.
Saran-saran……………………………………………………………….16
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………17
LAMPIRAN………………………………………………………………...……18
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Pendidikan
sangat penting untuk setiap orang karena pendidikan itu sendiri menyangkut masa
depan, serta merupakan upaya untuk mencerdaskan anak bangsa. Pendidikan tidak
hanya tanggung jawab seorang guru, pemerintah, masyarakat maupun orang tua.
Namun semua lapisan masyarakat Indonesia juga ikut bertanggung jawab atas
terwujudnya pendidikan nasional. Yakni dengan menjalankan tugas sesuai dengan
kemampuan dan tanggung jawab yang merupakan upaya untuk terwujudnya pendidikan
nasional yang bermutu tinggi dan berbudi pekerti luhur.
Sebab
itulah untuk mewujudkannya ada beberapa kegiatan yang menunjang pendidikan,
salah satunya yang sangat menunjang adalah
karya Tulis. Dengan karya Tulis, siswa dapat lebih berpengalaman dan
lebih berpengetahuan.
B. Tujuan
Penulisan.
Tujuan penyusunan karya tulis ini adalah:
1.
Memahami kebudayaan-kebudayaan yang ada di Indonesia.
2.
Mendeskripsikan
sejarah Monumen Nasional
3.
Untuk memenuhi syarat UAS pada SMP N 2 Satu Atap Alian
4.
Untuk membangkitkan semangat tunas bangsa,
dengan kembali melihat perjuangan pahlawan pada jaman penjajahan Belanda
5. Memberikan dorongan siswa untuk
belajar rajin.
C.
Pokok Permasalahan
Dalam penyusunan karya tulis ini penulis hanya membatasi
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana sejarah asal usul
berdirinya monumen nasional?
2. Bagaimana perkembangan monument
nasional?
D.
Metode Penulisan
Metode yang penulis gunakan dalam karya tulis ini adalah:
Metode yang penulis gunakan dalam karya tulis ini adalah:
1.
Wawancara
Adalah suatu metode pengumpulan data dengan
bertanya langsung kepada narasumber untuk menyusun karaya tulis ini penulis
langsung mengajukan pertanyankepada guid
tour yang bertugas menjelaskan segala hal tentang MomunenNasional.
2.
Observasi
Adalah suatu pengambilan
data dengan cara mengamati langsung objek yang dikehendaki dalam penyusunan
karya tulis ini, penulis melihat dan mendatangilangsung Monumen nasional saat study tour.
3.
Studi Pustaka/Referensi
Adalah suatu metode pengumpulan data dengan
cara membaca berbagai mediayang berhubungan dengan objek yang di kehendaki
dalam penyusunan karya tulis ini , penulis mengumpulkan data/literature dari
internet dan yang lain.
E.
Manfaat / kegunaan
1. Dapat menambah pengetahuan siswa.
2. Siswa dapat belajar membuat karya tulis.
3. Siswa dapat lebih kreatif
informative.
F.
Sistematika Penulisan
Sistematika penyusunan dalam karya tulis ini penulis di sajikan dalam beberapa BAB yaitu:
BAB I. Pendahuluan .
Sistematika penyusunan dalam karya tulis ini penulis di sajikan dalam beberapa BAB yaitu:
BAB I. Pendahuluan .
1. Latar belakang.
2. Tujuan penulisan.
3. Pokok permasalahan.
4. Metode penulisan.
5. Manfaat / kegunaan.
6. Sistematika penulisan.
BAB II. Pembahasan
1. Sejarah berdirinya monas.
2. Museum sejarah monas.
3. Ruang kemerdekaan.
4. Relief sejarah monas.
5. Letak dan lokasi.
6. Pelataran puncak dan api kemerdekaan monas.
7. Wisata monas
8. Perkembangan monas
BAB III. Penutup
1. Kesimpulan.
2. Saran.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Berdirinya Monumen Nasional
Sejarah
Setelah pusat pemerintahan republik Indonesia kembali ke Jakarta setelah
sebelumnya berkedudukan di Yogyakarta pada tahun 1950 menyusul pengakuan
kedaulatan republik Indonesia oleh pemerintah belanda pada tahun 1949. Presiden
soekarno mulai memikirkan pembangunan sebuah monumen nasional yang setara
dengan menara Eiffel di lapangan tepat di depan istana merdeka. pembangunan
tugu monas bertujuan untuk mengenang dan melestarikan perjuangan bangsa
Indonesia pada masa revolusi kemerdekaan 1945. Agar terus membangkitkan
inspirasi bangsa Indonesia patriotisme generasi saat ini dan mendatang.
Pada
tanggakl 17 agustus 1945 sebuah komite nasional di bentuk dan sayembara
perancangan monument nasional di gelar pada tahun 1955. Terdapat 51 karya yang
masuk. akan tetapi hanya satu yang di buat oleh
frederich silaban yang memenuhi kriteria yang di tentukan komite antara lain: menggambarkan karakter bangsa indonesia dan dapat bertahan selama berabad-abad. Sayembara ke dua di gelar pada tahun 1960 tapi sekali lagi tak satupun dari 136 peserta yang memenuhi kriteria. akan tetapi soekarno kurang menyukai rancangann itu dan ia menginginkan monumen itu berbentuk lingga dan yoni. silaban kemudian diminta merancang monumen dengan tema seperti itu, akan tetapi rancangan yang di lakukan silaban terlalu luar biasa sehingga biayanya sangat besar dan tidak mapu di tanggung oleh anggaran Negara. Terlebih kondisi ekonomi saat itu cukup buruk silaban menolak merancang bagunan yang lebih kecil
dan menyarankan pembangunan di tunda hingga ekonomi Indonesia membaik.
Soekarno kemudian meminta arsitek R.M. soedarsono untuk melanjutkan rancangan itu. Soedarsono memasukkan angka 17,8 dan 45 melambangkan 17 agustus 1945. Memulai proklamasi kemerdekaan indonesia ke dalam rancangan monumen itu, tugu Ini kemudian di bangun di areal seluas 80 Ha, tugu ini di arsiteki oleh frederich silaban dan R.M soedarsono, mulai di bangun 17 agustus 1961. Pembangunan terdiri atas tiga tahap yaitu:
frederich silaban yang memenuhi kriteria yang di tentukan komite antara lain: menggambarkan karakter bangsa indonesia dan dapat bertahan selama berabad-abad. Sayembara ke dua di gelar pada tahun 1960 tapi sekali lagi tak satupun dari 136 peserta yang memenuhi kriteria. akan tetapi soekarno kurang menyukai rancangann itu dan ia menginginkan monumen itu berbentuk lingga dan yoni. silaban kemudian diminta merancang monumen dengan tema seperti itu, akan tetapi rancangan yang di lakukan silaban terlalu luar biasa sehingga biayanya sangat besar dan tidak mapu di tanggung oleh anggaran Negara. Terlebih kondisi ekonomi saat itu cukup buruk silaban menolak merancang bagunan yang lebih kecil
dan menyarankan pembangunan di tunda hingga ekonomi Indonesia membaik.
Soekarno kemudian meminta arsitek R.M. soedarsono untuk melanjutkan rancangan itu. Soedarsono memasukkan angka 17,8 dan 45 melambangkan 17 agustus 1945. Memulai proklamasi kemerdekaan indonesia ke dalam rancangan monumen itu, tugu Ini kemudian di bangun di areal seluas 80 Ha, tugu ini di arsiteki oleh frederich silaban dan R.M soedarsono, mulai di bangun 17 agustus 1961. Pembangunan terdiri atas tiga tahap yaitu:
a. Tahap pertama kurun 1661/1962
-1964/1965 di mulai dengan di mulainya secara resmi pembangunan pada tanggal 17
Agustus 1961 soekarno secara seremonial menancapkan pasak beton
pertama, total 284 pasak beton di gunakan pada fondasi bangunan. Sebanyak 360 pasak bumi di tanamkan untuk fondasi museum sejarah nasional. Pemasangan fondasi rampung pada bulan maret 1962 dinding museum di dasar bangunan selesai pada bulan oktober. Pembangunan obelisk kemudian di mulai dan di akhirinya rampung pada bulan agustus 1963.
pertama, total 284 pasak beton di gunakan pada fondasi bangunan. Sebanyak 360 pasak bumi di tanamkan untuk fondasi museum sejarah nasional. Pemasangan fondasi rampung pada bulan maret 1962 dinding museum di dasar bangunan selesai pada bulan oktober. Pembangunan obelisk kemudian di mulai dan di akhirinya rampung pada bulan agustus 1963.
b. Tahap kedua: berlangsung pada kurun
1966 hingga 1968 akibat terjadinya gerakan 30 september 1969.(G-30-S-PKI) dan
upaya kudeta, tahap ini sempat di tunda.
c. Tahap akhir: berlangsung pada tahun
1969-1976 dengan menambah diorama pada museum sejarah .Meskipun pembangunan
telah rampung masalah masih terjadi, antara lain: kebocoran air yang
menggenangi museum, monument secara resmi di buka untuk umum dan di resmikan
pada tanggal 12 juli 1975 oleh presiden republic Indonesia soeharto. Lokasi
pembangunan monument ini di kenal dengan nama medan merdeka.
Lapangan monas mengalami lima kali
pergantian nama yaitu:
·
Lapangan gambir.
·
Lapangan ikada.
·
Lapangan merdeka.
·
Lapangan monas.
·
Taman monas.
Di
sekeliling tugu terdapat taman, dua buah kolam dan beberapa lapangan terbuka
tempat berolah raga.
Pada hari-hari libur medan terbuka di penuhi pengunjung yang berekreasi menikmati pemandangan tugu monas dan melakukan melakukan berbagai aktivitas dalam taman. Rancang bangun tugu monas berdasarkan pda konsep pasangan universal yamg abadi lingga dan yoni tugu
obelisk yang menjulang tinggi adalah lingga yang melambangkan laki-laki elemen maskulin bersifat aktif dan pasif, serta melambangkan perempuan. Elemen feminism yang positif dan negatif serta melambangkan malam
hari, lingga dan yoni merupakan lambang kesuburan dan kesatuan harmonis yang saling melengkapi masa prasejarah Indonesia.
Selain
itu bentuk tugu monas juga dapat di tafsirkan sebagai sepasang “Alun” dan
“lesung” alat penumbuk padi yang di pakai dalam setiap rumah tangga petani
tradisional. Dengan demikian rancang bangun monas penuh dimensi khas budaya
bangsa Indonesia.
Monumen terdiri atas 117.7 meter obeliks di atas landasan persegi tinggi the 17 meter, pelataran cawan monumen ini di lapisi dengan marmer italy. kolam di taman medan merdeka utara berukuran 25x25 meter di
rancang sebagai bagian dari system pendingin udara sekaligus mempercantik penampilan taman monas. Di dekatnya terdapat kolam air mancur dan patung pangeran diponegoro yang sedang menunggan kudanya,
terbuat dari perunggu seberat 8 ton. Patung itu di buat oleh pemahat italia, prof. Coberlato sebagai sumbangan oleh konsulat jendral honores.
Dr. Mario bross di india, pintu masuk monas,terdapat di taman medan merdeka utara dekat patung pangeran diponegoro. pintu masuk melalui trowongan yang berada 3 meter di bawah taman dan jalan silang monas,
inilah ketika pengunjung menuju tugu monas. Loket tiket berada di ujung trowongan.
Monumen terdiri atas 117.7 meter obeliks di atas landasan persegi tinggi the 17 meter, pelataran cawan monumen ini di lapisi dengan marmer italy. kolam di taman medan merdeka utara berukuran 25x25 meter di
rancang sebagai bagian dari system pendingin udara sekaligus mempercantik penampilan taman monas. Di dekatnya terdapat kolam air mancur dan patung pangeran diponegoro yang sedang menunggan kudanya,
terbuat dari perunggu seberat 8 ton. Patung itu di buat oleh pemahat italia, prof. Coberlato sebagai sumbangan oleh konsulat jendral honores.
Dr. Mario bross di india, pintu masuk monas,terdapat di taman medan merdeka utara dekat patung pangeran diponegoro. pintu masuk melalui trowongan yang berada 3 meter di bawah taman dan jalan silang monas,
inilah ketika pengunjung menuju tugu monas. Loket tiket berada di ujung trowongan.
B. Ruang Kemerdekaan Monumen Nasional (Monas)
Di
bagian dalam cawan monumen terdapat ruang kemerdekaan berbentuk amphiteater. Ruang ini dapat di capai melalui
tangga berputar dari pintu sisi utara dan selatan. Ruang ini menyimpan symbol kenegaraan dan kemerdekaan
republik indonesia. Di antaranya:
1.
Naskah asli proklamasi kemerdekaan indonesia disimpan dalam
kotak kaca di dalam
pintu gerbang berlapis emas
2.
Lambang negara
indonesia.
3.
Peta kepulauan
negara kesatuan republik indonesia berlapis emas.
4.
Bendera merah
putih.
5.
Dinding yang
bertulis naskah proklamasi kemerdekaan indonesia.
Di dalam ruang
kemerdekaan
monumen
nasional ini di gunakan sebagai ruang tenang untuk mengh eningkan cipta
dan berditasi mengenal hakikat kemerdekaan dan perjuangan bangsa indonesia.
Naskah asli
proklamasi
kemerdekaan indonesia disimpan
dalam kotak kaca di dalam
pintu gerbang berlapis emas. Pintu
mekanis ini terbuat dari perunggu seberat 4 ton berlapis emas di hiasi ukiran
bunga wijaya kusuma yang melambangkan keabadian, serta bunga teratai yang
melambangkan kesucian. Pintu ini terletak di dinding sisi barat di tengah
ruangan berlapis marmer hitam.
Pintu
ini dikenal dengan nama ”gerbang kemerdekaan” yang secara akan membuka seraya memperdengarkan
lagu ”padamu negeri” di ikuti kemudian oleh rekaman suara soekarno tangah
membacakan
naskah proklamasi pada tanggal 17 agustus 1945. Pada sisi selatan terdapat patung garuda pancasila, lambang negara indonesi terbuat dari perunggu seberat 3,5 ton dan berlapis emas. Pada sisi timur terdapat tulisan naskah proklamasi berhuruf perunggu, seharusnya sisi ini menampilkan bendera yang paling suci dan di mulai sang saka merah putih, yang aslinya di kibarkan pada tanggal 17 agustus 1945 akan tetapi karena kondisinya sudah semakin tua dan rapuh, bendera suci ini tidak di pamerkan sisi utara dinding marmer hitam ini menampilkan kepulauan nusantara berlapis emas, melambangkan lokasi ”negara kesatuan republik indonesia”.
naskah proklamasi pada tanggal 17 agustus 1945. Pada sisi selatan terdapat patung garuda pancasila, lambang negara indonesi terbuat dari perunggu seberat 3,5 ton dan berlapis emas. Pada sisi timur terdapat tulisan naskah proklamasi berhuruf perunggu, seharusnya sisi ini menampilkan bendera yang paling suci dan di mulai sang saka merah putih, yang aslinya di kibarkan pada tanggal 17 agustus 1945 akan tetapi karena kondisinya sudah semakin tua dan rapuh, bendera suci ini tidak di pamerkan sisi utara dinding marmer hitam ini menampilkan kepulauan nusantara berlapis emas, melambangkan lokasi ”negara kesatuan republik indonesia”.
C. Museum Sejarah Monas.
Di bagian dasar
Monumen pada kedalaman
3 meter di bawah permukaan tanah terdapat museum sejarah nasional
indonesia. Ruang besar museum sejarah perjuangan nasional dengan ukuran luas
80x80 meter, dapat
menampung
pengunjung sekitar 500 orang. Ruang besar berlapis marmer ini terdapat 48
diorama pada ke
empat sisinya
dan 3 diorama di tengah, sehingga menjadi 51 diorama. Diorama ini di mulai
hingga masa orde baru. Diorama ini di mula dari sudut timur laut bergerak
searah jarum jam menulusuri perjalanan sejarah indonesia, mulai masa
prasejarah, masa kemaharajaan kuno seperti sriwijaya dan majapahit, di susul
masa penjajahan bangsa eropa yang di susul perlawanan para pahlawan nasional pra
kemerdekaan melawan VOC dan pemerintah hindia belanda. Diorama berlangsung erus hingga masa
pergerakan nasional indonesia. Awal abad ke-20, penduduk jepang, perang
kemerdekaan dan masa revolusi, hingga masa orde baru di masa pemerintahan
soeharto.
Monumen Nasional terletak tepat di
tengah lapangan medan merdeka Jakarta pusat. Monumen dan museum ini di buka
setiap hari mulai pukul 08.00 sampai 15.00 WIB. Pada senin
pekan terakhir setiap bulanya di tutup untuk umum. Pusat pemerintahan republik indonesia
jakarta pada tahun 1950 menyusul pengakuan kedaulatan
republik indonesia.
Di bagian dasar monumen kedalaman 3
meter permukaan tanah, cawan yang menopang nyala perunggu, bangsa indonesia
senantiasa memiliki semangat memberikan pemandangan bagi pengunjung dari
ketinggian 17 meter dari permukaan
tanah.
D. Pelataran Puncak Dan Api Kemerdekaan Monas
Sebuah elevator (lift) pada pintu sisi selatan akan
membawa pengunjung menuju pelataran puncak berukuran 11x11 meter di
ketinggian 115 meter dari permukaan tanah. Lift ini berkapasitas 11 orang
sekali angkut.
Pelataran
puncak ini dapat menampung sekitar 50 orang, serta terdapat teropong untuk
melihat panorama
jakarta lebih
dekat pada sekeliling badan elevator terdapat tangga menikmati
pemandangan seluruh penjuru kota jakarta. Bila kondisi cuaca cerah tanpa asap kabut,
di arah keselatan terlihat dari kejauhan gunung salak di wilayah:
a. Kabupaten bogor.
b. Jawa barat.
c. Arah utara membentang laut lepas dengan pulau-pulau
kecil.
Di puncak
monumen nasional terdapat cawan yang menopang nyala obor perunggu yang beratnya
mencapai 14,5 ton dan di lapisi emas 35 Kg. Lidah api atau obor ini berukuran
tinggi 14 meter. Dan berdiameter 6 meter terdiri dari 77 bagian yang di satukan
lidah api ini sebagai symbol semangat perjuangan rakyat indonesia
yang ingin meraih kemerdekaan. Awalnya:
yang ingin meraih kemerdekaan. Awalnya:
a. Nyala api perunggu ini dilapisi
lembaran emas seberat 35 Kg.
b. untuk menyambut perayaan setengah
abad (50 tahun) kemerdekaan
indonesia pada tahun 1995.
indonesia pada tahun 1995.
c. lembaran emas ini dilapisi ulang
sehingga mencapai 50 Kg
lembaran emas.
lembaran emas.
Puncak
tugu berupa”Api Nan Tak Kunjung Padam” yang bermakna agar bangsa indonesia
senantiasa memiliki semangat yang menyala–nyala dalam berjuang dan tidak pernah
surut atau padam sepanjang masa. Pelataran cawan memberikan pemandangan bagi
pengunjung dari ketinggian 17 meter dari permukaan tanah.
Pelataran cawan dapat di capai melalui elevator ketika turun dari pelataran puncak, atau melalui tangga mencapai dasar cawan, tinggi pelataran cawan dari dasar 17 meter. Sedangkan rentang tinggi antara ruang museum sejarah ke dasar cawan adalah 8 meter (3 meter di bawah
tanah di tambah 5 meter tangga menuju dasar cawan) luas pelataran yang berbentuk bujur sangkar, berukuran 45x45 meter, semuanya merupakan pelestarian angka keramat proklamasi kemerdekaan RI (17-08-1945).
Pelataran cawan dapat di capai melalui elevator ketika turun dari pelataran puncak, atau melalui tangga mencapai dasar cawan, tinggi pelataran cawan dari dasar 17 meter. Sedangkan rentang tinggi antara ruang museum sejarah ke dasar cawan adalah 8 meter (3 meter di bawah
tanah di tambah 5 meter tangga menuju dasar cawan) luas pelataran yang berbentuk bujur sangkar, berukuran 45x45 meter, semuanya merupakan pelestarian angka keramat proklamasi kemerdekaan RI (17-08-1945).
page
6
E. Perkembangan
Monas
1. Monas
Pada Masa Pra Kemerdekaan
Sejak
ditetapkan sebagai lapangan parade militer pada masa Daendels, Koeningsplein
mengalami beberapa
kali perubahan penataan. Pada tahun 1892 Dr. M.
Treub, Kepala Kebun Raya Bogor, mengajukan
rancangan tata ruang baru untuk Koeningsplein, yaitu sebagai taman kota yang dilengkapi dengan pohon pohon tropis. Akses ke taman berupa sumbu-sumbu diagonal ditambah dengan sumbu melintang yang menghubungkan dengan bangunan museum (Gedung Gajah) di sisi barat taman. Bagian tengah taman yang merupakan pusat pertemuan sumbu-sumbu dirancang untuk menempatkan sebuah patung sebagai simbol “pusat Kota Batavia”.
dengan penataan seperti ini fungsi parade militer diusulkan untuk dikembalikan ke Waterlooplein. Rancangan Dr. M. Treub ini tidak sempat direalisasikan. Berdasarkan catatan atas pemetaan Koningsplein, diketahui bahwa pada tahun 1918 lapangan ini telah
tersegmentasi menjadi beberapa bagian dan beberapa bangunan besar didirikan di atasnya. di sisi utara terdapat bangunan reservoir air dan di dekatnya terdapat fasilitas sportsclub. Masih di sisi utara, berhadapan
dengan Istana Gambir (sekarang Istana Merdeka) terdapat kompleks gedung kantor telepon.
rancangan tata ruang baru untuk Koeningsplein, yaitu sebagai taman kota yang dilengkapi dengan pohon pohon tropis. Akses ke taman berupa sumbu-sumbu diagonal ditambah dengan sumbu melintang yang menghubungkan dengan bangunan museum (Gedung Gajah) di sisi barat taman. Bagian tengah taman yang merupakan pusat pertemuan sumbu-sumbu dirancang untuk menempatkan sebuah patung sebagai simbol “pusat Kota Batavia”.
dengan penataan seperti ini fungsi parade militer diusulkan untuk dikembalikan ke Waterlooplein. Rancangan Dr. M. Treub ini tidak sempat direalisasikan. Berdasarkan catatan atas pemetaan Koningsplein, diketahui bahwa pada tahun 1918 lapangan ini telah
tersegmentasi menjadi beberapa bagian dan beberapa bangunan besar didirikan di atasnya. di sisi utara terdapat bangunan reservoir air dan di dekatnya terdapat fasilitas sportsclub. Masih di sisi utara, berhadapan
dengan Istana Gambir (sekarang Istana Merdeka) terdapat kompleks gedung kantor telepon.
Di sisi barat terdapat kompleks bangunan dan taman yang
dinamai Helbachpark. Di bagian timur laut terdapat
dua taman, yaitu Decapark dan Frombergpark serta gedung bioskop. Di dekat stasiun Gambir terdapat lapangan pacuan kuda dan di sebelah baratnya lahan untuk festival tahunan Pasar Gambir.
Pada tahun 1930, melalui suatu sayembara, Ir. Thomas Karsten seorang arsitek mengusulkan untuk menata kembali Koningsplein dengan titik tolak konsepsi ”alun-alun”. Sebagaimana terungkap pada rencana di tahun 1937, ada upaya menempatkan gedung Dewan Kota di tengah-tengah lapangan. Ada rencana pula menempatkan alun-alun di sisi selatan gedung Dewan Kota seluas 500 m x 500 m, lengkap dengan pohon beringin. Pada dasarnya, melalui rencana ini hendak dikukuhkan status Koningsplein sebagai pusat orientasi Kota
Batavia yang dilengkapi berbagai fasilitas sosial-budaya dan olahraga, di samping fasilitas lain yang bersifat formal kepemerintahan.
Hanya sebagian kecil dari gagasan Karsten terwujud, selebihnya gagal di implementasikan karena segera setelah itu meletus Perang Dunia ke II. Pada masa pendudukan Jepang (1942-1945) relatif tidak ada perubahan fisik yang signifikan atas Koningsplein selain perubahan nama menjadi Lapangan Ikada (Ikatan Atletik Djakarta). Kawasan di sekitar Lapangan Ikada pun tidak mengalami banyak perubahan.
dua taman, yaitu Decapark dan Frombergpark serta gedung bioskop. Di dekat stasiun Gambir terdapat lapangan pacuan kuda dan di sebelah baratnya lahan untuk festival tahunan Pasar Gambir.
Pada tahun 1930, melalui suatu sayembara, Ir. Thomas Karsten seorang arsitek mengusulkan untuk menata kembali Koningsplein dengan titik tolak konsepsi ”alun-alun”. Sebagaimana terungkap pada rencana di tahun 1937, ada upaya menempatkan gedung Dewan Kota di tengah-tengah lapangan. Ada rencana pula menempatkan alun-alun di sisi selatan gedung Dewan Kota seluas 500 m x 500 m, lengkap dengan pohon beringin. Pada dasarnya, melalui rencana ini hendak dikukuhkan status Koningsplein sebagai pusat orientasi Kota
Batavia yang dilengkapi berbagai fasilitas sosial-budaya dan olahraga, di samping fasilitas lain yang bersifat formal kepemerintahan.
Hanya sebagian kecil dari gagasan Karsten terwujud, selebihnya gagal di implementasikan karena segera setelah itu meletus Perang Dunia ke II. Pada masa pendudukan Jepang (1942-1945) relatif tidak ada perubahan fisik yang signifikan atas Koningsplein selain perubahan nama menjadi Lapangan Ikada (Ikatan Atletik Djakarta). Kawasan di sekitar Lapangan Ikada pun tidak mengalami banyak perubahan.
2. Monas
Pada Masa Pasca Kemerdekaan
Setelah penyerahan kedaulatan dari Belanda kepada Indonasia (tahun 1949) terjadi suatu momentum perubahan yang cukup berarti atas kawasan tersebut. Istana Merdeka (eks Istana Gambir) dan Istana Negara (eks Istana Rijswijk) resmi menjadi pusat pemerintahan, selanjutnya Lapangan Ikada diubah namanya menjadi Lapangan Merdeka. Beberapa taman dinamai dengan menggunakan nama tokoh nasional, seperti Chairil Anwar, Ronggowarsito, Amir Hamzah, dan W.R Supratman. Gagasan menasionalisasikan kawasan tersebut
kemudian diteruskan melalui konsep pengembangan kawasan Monumen Nasional serta pendirian Tugu Nasional. Pola diagonal usulan Dr. Treub muncul kembali. Dalam gagasan ini, kawasan di sekitar Lapangan Merdeka dijadikan simbol kebesaran bangsa dan negara melalui penempatan fasilitas-fasilitas nasional yang
berskala dunia. Termasuk dalam konsep ini adalah pengembangan Teater Nasional, Galeri Nasional, Masjid Istiqlal, dan Lapangan Banteng (dengan Tugu Pembebasan Irian Barat) serta Hotel Banteng (kemudian diubah namanya menjadi Hotel Borobudur). Di tahun 1970-an sisi selatan Lapangan Merdeka dijadikan arena Pekan Raya Jakarta (Jakarta Fair) dan Taman Ria Monas yang dimaksudkan untuk mengulangi kesuksesan Pasar Gambir. Namun kemudian kegiatan tersebut dirasakan mulai tidak cocok sebagai pemanfaatan Lapangan Merdeka. Arena Pekan Raya Jakarta kemudian dipindahkan ke lahan bekas bandara Kemayoran. Salah satupengaturan di kawasan sekitar Monas yang diketahui oleh banyak orang adalah ketentuan bahwa:
a. Tidak di ijinkan ada
bangunan melebihi ketinggian tugu
Monumen Nasional,
Monumen Nasional,
b.
Tidak
di ijinkan kehadiran fungsi komersial/swasta.
3.
Kondisi
Kawasan Monas Saat Ini
Belum lama berselang
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sebagai pengelola kawasan Monas telah membangun pagar
besi di sekeliling lapangan. Pintu-pintu gerbang disediakan di sudut-sudut kawasan (akses
diagonal) serta bukaan di pintu masuk lapangan parkir di sisi
selatan. Sebelumnya rencana pemagaran ini mendapat tentangan keras dari kalangan masyarakat yang
mengkhawatirkan keberadaan pagar akan membatasi akses publik ke Lapangan Monas. Pemagaran Lapangan Monas juga
tidak tercantum dalam masterplan kawasan ini.
Dalam konstelasi kelangkaan ruang publik di kota Jakarta, Lapangan Monas merupakan tempat rekreasi gratis bagi warga kota Jakarta. Setiap hari Minggu lapangan ini dipenuhi warga masyarakat yang berolahraga atau berekreasi, baik di taman, di kolam-kolam, maupun di tepi-tepi jalan (akses diagonal). Oleh karenanya warga kota kuatir bila pemagaran akan membuat akses mereka ke Monas menjadi terbatas.
Meski mendapat tentangan keras, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta bersikukuh melaksanakan pemagaran Lapangan Monas. Alasan yang dikemukakan adalah untuk menertibkan kawasan tersebut yang sebelumnya sangat semerawut oleh keberadaan para pedagang makanan-minuman yang tidak tertib. Selain itu, setelah
pemagaran selesai lapangan Monas akan digunakan untuk membiakkan rusa totol (seperti di halaman depan
Istana Bogor). Beberapa ekor rusa telah dilepaskan di lapangan ini, meski masih perlu dibuktikan apakah akan berhasil. Sementara itu, sisi selatan masih dominan dengan kegiatan parkir yang melayani pegawai serta tamu kantor kantor di Jalan Medan Merdeka Selatan, terutama kantor Pemerintah Provinsi DKI. Selain itu, beberapa
rumah makan juga mulai bermunculan di sekitar lokasi parkir. Hal ini menandakan bahwa di lapangan ini telah berlangsung kecenderungan perkembangan yang tidak sesuai dengan masterplan kawasan.
Dalam konstelasi kelangkaan ruang publik di kota Jakarta, Lapangan Monas merupakan tempat rekreasi gratis bagi warga kota Jakarta. Setiap hari Minggu lapangan ini dipenuhi warga masyarakat yang berolahraga atau berekreasi, baik di taman, di kolam-kolam, maupun di tepi-tepi jalan (akses diagonal). Oleh karenanya warga kota kuatir bila pemagaran akan membuat akses mereka ke Monas menjadi terbatas.
Meski mendapat tentangan keras, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta bersikukuh melaksanakan pemagaran Lapangan Monas. Alasan yang dikemukakan adalah untuk menertibkan kawasan tersebut yang sebelumnya sangat semerawut oleh keberadaan para pedagang makanan-minuman yang tidak tertib. Selain itu, setelah
pemagaran selesai lapangan Monas akan digunakan untuk membiakkan rusa totol (seperti di halaman depan
Istana Bogor). Beberapa ekor rusa telah dilepaskan di lapangan ini, meski masih perlu dibuktikan apakah akan berhasil. Sementara itu, sisi selatan masih dominan dengan kegiatan parkir yang melayani pegawai serta tamu kantor kantor di Jalan Medan Merdeka Selatan, terutama kantor Pemerintah Provinsi DKI. Selain itu, beberapa
rumah makan juga mulai bermunculan di sekitar lokasi parkir. Hal ini menandakan bahwa di lapangan ini telah berlangsung kecenderungan perkembangan yang tidak sesuai dengan masterplan kawasan.
BAB III
PENUTUP
Penulis mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT. Karena dengan rahmatnya dan petunjuk-Nya penulis dapat menyusun laporan ini
dengan sempurna. Dan detik-detik kata terakhir ini apabila dalam laporan ini ada kekeliruan baik
segi penulisan, susunan kalimat, dan penyusunan kata, atas perhatianya penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya. Untuk itu penulis mengharapkan kepada pembaca agar dapat
memberi saran dan kritik yang membangun guna penelitian lainnya. Demikian
laporan yang saya buat maka dari uraian di atas penulis mengambil kesimpulan
dan saran-saran sebagai berikut:
A.
KESIMPULAN
1. Monas menunjukan keagungan Negara Indonesia
tak hanya kota Jakarta
2. Monumen nasional memiliki tugas utama sebagai tempat penyimpanan dan
pada masa perjuangan
bangsa
indonesia.
3. Monumen Nasional selalu berkembang
menjadi lebih baik dari waktu-kewaktu.
4. Museum mempunyai peranan penting dalam usaha dan sejarah
perjuangan bangsa indonesia.
5. Monumen
Nasional merupakan sebagai salah satu dari monument peringatan yang didirikan
untuk mengenang perlawanan dan perjuangan rakyat melawan penjajah Belanda.
6. Dengan keberadaan museum tersebut pihak pengelola
memberikan retribusi sehingga mendapat penghasilan untuk meles tarikan museum nasional (monas).
B. SARAN-SARAN
Setelah kita memahami
uraian-uraian di atas, maka penulis akan menyampaikan saran-saran sebagai berikut:
1. Jadikanlah dirimu orang yang siap pakai dalam hal apapun
sebab menjadi jembatan kehidupanmu.
2.
Kepada Pengelola Monumen Nasional, penulis
berharap Mnumen Nasional tetap berkembang menjadi lebih baik dari waktu
ke waktu.
3.
Kepada pengunjung, penulis berharap pengunjung
dapat menjaga keamanan, keindahan dan ketertiban di Monumen Nasional.
4. Hormatilah orang tua dan guru-gurumu karena lantaran
beliaulah kamu menjadi orang yang sukses.
5. Tunjukkanlah dirimu peranan madrasahmu sebagai forum
perwujudan kebudayaan nasional.
6. Kepada Sekolah,
penulis harap kegiatan “study tour” ini
tetap berjalan dengan tujuan-tujuan lain lebih bervariasi dan mengandung nilai
sejarah yang tinggi.
7. Kepada warga
Indonesia, penulis berharap untuk selalu menjaga ketertiban di Monumen Nasional
. jangan sampai terjadi kerusuhan atau kekerasan yang dapat merusak Tugu
Nasional tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Dirjen vulkanologi, direktur geologi, buku pedoman
bandung.
Dinas Pariwisata profinsi daerah tingkat 1 jawa barat
1986 :wajah pariwisata jawa barat, yayasan 17 oktober, jakarta.
Singarimbun, masri, efendi. 1987:
metode penelitian survei Lp3 SES,jakarta.
related:www.memobee.com/sejarah-emas-di-tugu-monas-2768-eij.html sejarah
monas.
Katili, Ekki husein Haji. 1997. Monumen Nasional
Monumen Keagungan bangsa Indonesia. Jakarta : kantor pengelola Monas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar