BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Salah satu misi Kerasulan Muhammad SAW
adalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia dan sejarah mencatat bahwa faktor
pendukung keberhasilan dakwah Beliau itu antara lain karena dukungan akhlaknya
yang prima, hingga hal ini dinyatakan oleh Allah didalam Al-Qur’an. Kepada umat
manusia, khususnya yang beriman kepada Allah diharuskan agar keluhuran akhlak
dan budi Rasulullah SAW dapat dijadikan contoh dalam khidupan sehari-hari.
Mereka yang mematuhi perintah ini dijamin keselamatan hidupnya baik didunia
maupun akhirat. Oleh sebab itu pemakalah mengangkat tema yang berkenaan tentang
aspek-aspek yang mempengaruhi pembentukan akhlak mulia.
B. Tujuan Penulisan
Makalah ini dibuat dengan tujuan agar
para mahasiswa bisa memahami kriteria akhlak mulia dan faktor apa saja yang
bisa mempengaruhi pembentukan akhlak mulia, dengan harapan agar kedepannya para
pembaca bisa memiliki akhlaqul karimah.
C. Rumusan Masalah
Untuk
mencapai akhlak yang mulia dipengaruhi oleh beberapa factor, maka penulis
merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana deskripsi aspek-aspek yang
mempengaruhi pembentukan akhlak ?
2. Adakah pengaruh antara insting, pola
dasar bawaan, lingkungan, kebiasaan, pendidikan, kehendak dengan pembentukan
akhlak seseorang ?
3. Seberapa besarkah pengaruh antara insting, pola dasar bawaan, lingkungan,
kebiasaan, pendidikan, kehendak dengan pembentukan akhlak seseorang ?
BAB II
PEMBAHASAN
Banyak
sekali faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan akhlak antara lain adalah:
1. Insting (Naluri)
Aneka corak refleksi sikap, tindakan dan
perbuatan manusia dimotivasi oleh kehendak yang dimotori oleh Insting seseorang
( dalam bahasa Arab gharizah). Insting merupakan tabiat yang dibawa
manusia sejak lahir. Para Psikolog menjelaskan bahwa insting berfungsi sebagai
motivator penggerak yang mendorong lahirnya tingkah laku antara lain adalah:
a. Naluri Makan (nutrive instinct). Manusia
lahir telah membawa suatu hasrat makan tanpa didorang oleh orang lain. Buktinya
, begitu bayi lahir ia dapat mencari tetek ibunya dan mehisap air susu ibunya
tanpa diajari lagi.
b. Naluri Berjodoh (seksual instinct). Dalam
alquran diterangkan yang artinya :
Dijadikan indah pada (pandangan) manusia
kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta
yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak [186]
dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah
tempat kembali yang baik (surga).
[186]
yang dimaksud dengan binatang ternak di sini ialah binatang-binatang yang
termasuk jenis unta, lembu, kambing dan biri-biri.
Kalimat yang
dimaksud untuk naluri berjodoh ini pada kata-kata ini :
"Dijadikan
indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu:
wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak".
c. Naluri Keibubapakan (peternal instinct)
Tabiat kecintaan
orang tua kepada anaknya dan sebaliknya kecintaan anak kepada orang tuanya.
d. Naluri Berjuang (combative instinct).
Tabiat manusia untuk mempertahnkan diri dari
gangguan dan tantangan. Jika seseorang diserang oleh musuh, maka ia akan membela
dirinya.
e. Naluri Bertuhan.
Tabiat manusia mencari dan merindukan
penciptanya yang memberikan rahmat kepadanya. Naluri ini disalurkan dalam
naluri beragama.
Naluri manusia itu merupakan paket yang secara fitrah sudah ada dan
tanpa perlu dipelajrari terlebih dahulu.
Selain
kelima insting tersebut, masih banyak lagi insting yang sering dikemukakan oleh
para ahli psikologi, misalnya :
·
Insting ingin tahu dan memberitahu
·
Insting suka bergaul
·
Insting suka meniru
·
Insting takut dan lain- lain.
Insting merasa takut berpakar para
manusia, mengikutinya mulai masa kanak-kanak sampai masuk liang kubur. Antar
insting ini dengan insting lainnya saling berdesak-desakan. Seperti marah, suka
mencipta, suka mengetahui, dan bercumbu-cunbuan,. Sehingga menghambat untuk
lahirnya insting takut atau menjadikan sebab akan keragu-raguan.
Dengan
potensi naluri itulah manusia dapat memproduk aneka corak perilaku sesuai
pula dengan corak instingnya. Prilaku seseorang akan mencerminkan akhlaknya,
jika prilaku baik maka akhlaknya juga baik.
2. Adat / Kebiasaan
Adat/Kebiasaan adalah setiap tindakan dan
perbuatan seseorang yang dilakukan secara berulang-ulang dalam bentuk yang sama
sehingga menjadi kebiasaan. Abu Bakar Zikir berpendapat: perbutan manusia,
apabila dikerjakan secara berulang-ulang sehingga mudah melakukannya, itu
dinamakan adat kebiasaan.
Segala perbuatan, baik atau buruk, akan
menjadi adat kebiasaan karna dua faktor: “ kesukaan hati kepada sesuatu
pekerjaan dan menerima kesukaan itu dengan melahirkan sesuatu perbuatan, dan
dengan di ulang- ulang secukupnya”. Adapun berulangnya sesuatu perbuatan saja,
(yakni mengerakkan anggota tubuh dengan perbuatan), tidak ada gunanya dalam
pembentukan adat kebiasaan.
Seperti seseorang yang sakit yang
berulang-ulang menelan obat yang sangat pahit yang tidak di sukainya, mengharap
lekas sembuh supaya tidak menelannya lagi, baginya penelanan obat itu tidak
menjadi adat kebiasaan.
Seperti seorang murid yang malas
pergi ke sekolah, dia pergi kesekolah hanya karna tekanan orang tua, sehingga
apabila tidak ada tekanan orang tua tersebut ia tidak mau pergi ke sekolah.
Akan tetapi kita melihat peminum minuman keras yang di ulang- ulangi meminum
minuman keras tersebut.
Alasan dalam contoh ini adalah, bahwa
orang yang sakit itu hatinya tidak suka minum obat, padahal ia ingin sehat
kembali. Maka karna kesukaan hati dalam suatu perbuatan dan mengulanginya tidak
nyata ada, sehingga tidak menjadi adat kebiasaan.
Demikian juga seorang murid yang hatinya
tidak suka pergi kesekolah, dimana ia hanya pergi karna tekanan orang tua, hal
itu tidak dikatakan kebiasaan. Ada pun peminum minuman keras yang suka meminum
minuman keras dan kesukaan ini diualng - ulanginya, maka hal inilah yang
menjadi adat kebiasaan.
Mengulangi sesuatu hal, dengan kesukaan
hati saja tidak cukup dikatakan suatu kebiasaan. Barang siapa yang ingin
berulang kali ingin meminum minuman keras, akan tetapi tidak mengulangi maka
hal itu tidak menjadi kebiasaan. Dengan demikian suatu hal yang akan menjadi
suatu adat kebisaan karna keinginan hati dan dilakukannya, serta di ulang -
ulanginya.
Fungsi
kebiasaan adalah:
a. Memudahkan perbuatan
Seperti
percakapan yang kita lakukan, yang menghabiskan beberapa tahun untuk
mempelajarinya, dan mempergunakan kerongkongan, lidah, langit - langit, dan
bibir. Dan terkadang untuk mengucapkan sepatah kata mempergunakan semua anggota
tersebut. Anak kecil berangsur - angsur dari mengucapkan beberapa huruf yang
mudah kepada yang sukar, sehingga terbentuk adat kebiasaan, dan dapat berbicara
dengan tidak terasa sukar sedikitpun.
b. Menghemat waktu dan perhatian
Perbuatan
yang diulang - ulang dan menjadi kebiasaan, maka seseorang dapat melakukan
dalam waktu yang lebih singkat dan tidak menghajatkan kepada perhatian yang
banyak.
Contohnya
kita menulis, yang membutuhkan beberapa waktu dan perhatian yang
sempurna dan mempersiapkan segala pikiran yang ada, akan tetapi setelah menjadi
kebiasaan dapatlah seseorang menulis beberapa halaman dalam waktu yang sama
ketika ia menulis satu baris, dan dapat pula sambil menulis pikirannya melayang
ke lain jurusan. Maka kehidupan kita bertambah - tambah ratusan kali karna
kebiasaan.
Contoh
lain yaitu, perbandingan antara tangan kanan dan tangan kiri merupakan
kebiasaan yang menjadikan tangan kanan lebih tangkis, lebih cepat
mempelajarinya, dan apabila tangan kanannya hilang, orang dapat mengerjakan
dengan tangan kirinya, apa yang dikerjakan tangan kanannya, bahkan banyak orang
yang hilang kedua tangannya, lalu bisa mengerjakan dengan kedua kakinya apa
yang dahulu dikerjakan dengan kedua tangannya.
Ada
beberapa cara untuk dapat merubah kebiasaan yang buruk, yaitu:
a). Berniat sungguh -
sungguh.
Niat tersebut tidak ada perasaan ragu - ragu.
Kita harus mau meletakkan
diri
ketempat yang cocok dengan kebiasaan
yang baik. Kemudian mengikat lawan adat kebiasaan yang buruk. Janganlah mengulangi
perbuatan yang buruk lagi.kerjakan niat tersebut dengan kekuatan yang besar.
b). Menghindari
kebiasaan yang buruk, sekaligus meninggalkannya
c). Carilah waktu
yang baik untuk memperbaiki niatmu, kemudian ikutilah segala
gerak jiwa yang menolong perbaiki niat tersebut.
d). Jagalah pada
dirimu kekuatan penolak dan peliharalah agar selalu hidup dalam
jiwamu,
dengan mendarmakan perbuatan yang kecil-kecil tiap hari, untuk mengekang hawa
nafsumu, karna yang demikian itu dapat menolong engkau untuk menghadapi segala
penderitaan kalau datang waktunya.
3. Wirotsah (keturunan)
Maksudnya adalah berpindahnya sifat-sifat
tertentu dari pokok (orang tua) kepada cabang (anak keturunan). Sifat-sifat
asasi anak merupakan pantulan sifat-sifat asasi orang tuanya. Kadang-kadang
anak itu mewarisi sebagian besar dari salah satu sifat orang tuanya.
4.Milieu / Lingkungan
Artinya suatu yang melingkupi tubuh yang hidup, meliputi tanah dan
udara sedangkan lingkungan manusia ialah apa yang mengelilinginya, seperti
negeri, lautan, udara, dan masyarakat.
Milieu
ada 2 macam:
a.
Lingkungan Alam
Alam yang melingkupi manusia merupakan faktor yang mempengaruhi dan
menentukan tingkah laku seseorang. Lingkungan alam mematahkan atau mematangkan
pertumbuhn bakat yang dibawa oleh seseorang.
Pada
zaman Nabi Muhammad pernah terjadi seorang badui yang kencing di serambi
masjid, seorang sahabat membentaknya tapi nabi melarangnya. Kejadian diatas
dapat menjadi contoh bahwa badui yang menempati lingkungan yang jauh dari
masyarakat luas tidak akan tau norma-norma yang berlaku.
b.
Lingkungan pergaulan
Manusia hidup selalu berhubungan dengan manusia lainnya. Itulah
sebabnya manusia harus bergaul. Oleh karena itu, dalam pergaulan akan saling
mempengaruhi dalam fikiran, sifat, dan tingkah laku.
Contohnya
Akhlak orang tua dirumah dapat pula mempengaruhi akhlak anaknya, begitu juga
akhlak anak sekolah dapat terbina dan terbentuk menurut pendidikan yang
diberikan oleh guru-guru disekolah.Setiap perilaku manusia didasarkan atas
kehendak. Apa yang dilakukan manusia timbul dari kejiwaan. Walaupun pancaindra
kesulitan melihat pada dasar kejiwaan, namun dapat dilihat dari wujud kelakuan.
Maka setiap kelakuan pasti bersumber dari kejiwaan.
Adapun
faktor-faktor yang mempengaruhi akhlak pada khususnya dan pendidikan pada
umumnya, ada tiga aliran yaitu:
1) Aliran Nativisme
Menurut aliran ini faktor yang paling berpengaruhi terhadap diri
seseorang adalah faktor bawaan dari dalam yang bentuknya dapat berupa
kecendrungan, bakat, dan akal. Jika seorang telah memiliki bawaan kepada yang
baik maka dengan sendirinya orang tersebut lebih baik. Aliran ini begitu yakin
terhadap potensi batin dan tampak kurang menghargai peranan pembinaan dan
pendidikan.
2) Aliran Empirisme
Menurut aliran ini faktor yang paling berpengaruhi terhadap
pembentukan diri seorang adalah faktor dari luar, yaitu lingkugan sosial;
termasuk pembinaan dan pendidikan yang diberikan. Jika penddidikan dan
pembinaan yang diberikan kepada anak itu baik, maka baiklah anak. Demikian jika
sebaliknya. Aliran ini begitu percaya kepada peranan yang dilakukan oleh dunia
pendidikan dan pengajaran.
3) Aliran Konvergensi
Menurut aliran ini faktor yang paling mempengaruhi pembentukan
akhlak yakni faktor internal (pembawaan) dan faktor dari luar (lingkungan
sosial). Fitrah dan kecendrungan ke arah yang lebih baik yang dibina secara
intensif secara metode.
Aliran ini sesuai dengan ajaran Islam. Hal ini dapat dipahami dari
ayat dan hadits di bawah ini.
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak
mengetahui sesuatupun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati,
agar kamu bersyukur.
selanjutnya
yg artinya :
setiap anak yang dilahirkan dalam keadaan (membawa) fitrah (rasa
ketuhanan dan kecendrungan kepada kebenaran). Maka kedua orang tuanya yang
membentuk anak itu menjadi yahudi, Nasrani, atau majusi. (HR. Bukhori).
Dari ayat
dan hadits tersebut di atas menunjukkan dengan jelas bahwa pelaksana utama
dalam pendidikan adalah kedua orang tua.
Didiklah anakmu sekalian dengan tiga perkara: mencintai nabimu,
mencintai keluarganya, dan membaca al-Qur’an, karena orang yang membawa(lafal)
al-Qur’an akan berada dibawah perlindungan Allah, di hari tidak ada
perlindungan kecuali perlindungan-Nya, bersama para nabi dan
kekasihnya.(HR.al-Dailami dari Ali). Hal ini sesuai pula dengan perlakuan
lukmanul hakim kepada anaknya seperti ayat dibawah ini :
Dan (Ingatlah) ketika Luqman Berkata kepada anaknya, di waktu ia
memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan
Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang
besar". Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua
orang ibu- bapanya; ibunya Telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang
bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun[1180]. bersyukurlah kepadaku
dan kepada dua orang ibu bapakmu, Hanya kepada-Kulah kembalimu.
[1180]
Maksudnya: Selambat-lambat waktu menyapih ialah setelah anak berumur dua tahun.
Dan dengan demikian faktor yang mempengaruhi pembentukan akhlak
anak ada dua, yaitu faktor dalam, yaitu potensi fisik, intelektual dan
hati yang dibawa anak sejak lahir dan faktor dari luar yaitu, kedua orang tua,
guru disekolah,dan tokoh-tokoh serta pemimpin di masyarakat.
5. Pendidikan
Dunia pendidikan, sangat besar sekali pengaruhnya terhadap
perubahan perilaku, dan akhlak seseorang. Bebagai ilmu diperkenalkan agar siswa
memahaminya dan dapat melakukan suatu perubahan pada dirinya. Begitu pula
apabila, siswa diberi pelajaran “AKHLAK”, maka memberi tahu bagaimana
seharusnya manusia itu bertingkah laku, bersikap terhadap sesamanya, dan
pernciptanya(Tuhan).
Dengan demikian , strategis sekali dikalangan pendidiakn dijadikan
pusat perilaku yang kurang baik untuk diarahkan menuju keperilaku yang baik.
Maka dibutuhkan beberapa unsur dalam pendidikan, untuk bisa dijadikan agent
perubahan sikap dan perilaku manusia.
Dari tenaga pendidik (pengajar) perlu memiki kemampuan
profesionallitas dalam bidangnya. Dia harus mampu memberikan wawasan, materi,
mengarahkan dan membimbing anak didiknya, ke hal yang baik. Dengan penuh
perhatian, sabar, ulet, tekun, dan berusaha terus menerus, pengajar hendaknya
melakukan pendekatan psikologis.
Unsur lain yang perlu diperhatikan adalah materi pengajaran.
Apabila materi pengajaran yang disampaikan oleh pendidik menyimpang dan
mengarah ke perubahan perilaku yang menyimpang, inilah suatu keburukan dalam
pendidikan. Tetapi sebaliknya, apabila materinya baik dan benar setidaknya
siswa akan terkesan dalam sanubari pribadinya. Bekasan materi itu akan
memotivasi bagaimana harus bertindak yang baik dan benar. Penguasaan
metodologis pengajaran yang dilakukan pendidik juga akan berperan aktif dalam
mempengaruhi akhlak siswa.
Lingkungan sekolah dalam dunia pendidikan merupakan tempat
bertemunya semua watak. Perilaku dari masing – masing anak yang berlainan. Ada
anak yang nakal, berprilaku baik dan sopan dalam bahasanya, beringas sifatnya,
lancar pembicarannya, pandai pemikirannya dan sebagainya. Kondisi kepribadian
anak yang sedemikian rupa, dalam interaksi antara anak satu, dengan anak
lainnya akan saling mempengaruhi juga pada kerpribadian anak.
Dengan demikian lingkungan pendidikan sangat memengaruhi jiwa anak
didik. Dan akan diarahkan kemana anak didik dan perkembangan kepribadiannya.
Jika lingkungan pendidikan anak itu baik maka akhlaknya juga baik.
6.
Kehendak
Kehendak (bahasa Inggris: will)
adalah kemampuan yang dimiliki seseorang atau sesuatu makhluk untuk membuat
pilihan secara sukarela, bebas dari segala kendala ataupun tekanan yang ada.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Jadi dapat disimpulkan bahwa aspek – aspek yang mempengaruhi akhlak
seseorang yaitu :
1. Insting
2. Keturunan
3. Lingkungan
4. Kebiasaan
5. Pendidikan
6. Kehendak
Semua aspek di atas besar pengaruhnya terhadap pembentukan akhlak seseorang.
B. Saran
Makalah ini kami akui masih banyak banyak kekurangan karena
pengalaman yang kami miliki sangat kurang. Oleh karena itu harapkan kepada para
pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Amin, Op. cit h.
41
Mustofa, Op. cit h. 92
Label: Makalah
Langganan: Poskan Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar