Kamis, 05 Desember 2013

Karya Tulis Monas



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

          Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 1, Pendidikan adalah usaha sadar dan tercantum untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi diri untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Soedarsono memasukkan angka 17,8 dan 45, tugu peringatan nasional ini kemudian di bangun di areal seluas 80 Ha. Monumen nasional adalah museum yang terbesar se-Asia tenggara yang dibangun untuk menunjukkan hasil riset di bidang kesenian dan ilmu pengetahuan terutama sejarah arkeologi. karya tulis ini di buat berdasarkan hal-hal berikut:
1.      Untuk mengenal lebih jauh penelitian yang ada di Indonesia khususnya monumen nasional (monas).
2.      Menarik minat pembaca untuk mengunjungi monumen nasional.
3.       Menyadarkan kita bahwa di Indonesia terdapat banyak penelitian monas.

B.     Tujuan Penulisan.
Tujuan penyusunan karya tulis ini adalah:
1.      Memahami kebudayaan-kebudayaan yang ada di Indonesia.
2.      Untuk memenuhi syarat UAS/UN pada SMP N 1 Alian
3.      Memberikan dorongan siswa untuk belajar  rajin.


C.    Pokok Permasalahan
Dalam penyusunan karya tulis ini penulis hanya membatasi masalah sebagai berikut:
1.      Bagaimana sejarah asal usul berdirinya monumen nasional?
2.      Bagaimana perkembangan monument nasional?

D.    Metode Penulisan
Metode yang penulis gunakan dalam karya tulis ini adalah:
1.      Metode Observasi, yaitu di man penulis melihat, mengamati, dan meneliti secara langsung pada obyeknya yaitu monument nasional.
2.      Metode literatur, yaitu dimana penulis membaca buku–buku guna membantu dan mendukung dalam menyusun karya tulis.
3.      Metode interview, yaitu penulis menanyakan langsung kepada pembimbing dan monas.

E.     Manfaat / kegunaan
1.      Dapat menambah pengetahuan siswa.
2.      Siswa dapat belajar membuat karya tulis.
3.      Siswa dapat lebih kreatif informative.

F.       Sistematika Penulisan
Sistematika penyusunan dalam karya tulis ini penulis di sajikan dalam beberapa BAB yaitu:
BAB I. Pendahuluan .
1.      Latar belakang.
2.      Tujuan penulisan.
3.      Pokok permasalahan.
4.      Metode penulisan.
5.      Manfaat / kegunaan.
6.      Sistematika penulisan.

BAB II. Pembahasan
1.      Sejarah berdirinya monas.
2.      Museum sejarah monas.
3.      Ruang kemerdekaan.
4.      Relief sejarah monas.
5.      Letak dan lokasi.
6.      Pelataran puncak dan api kemerdekaan monas.
7.      Wisata monas
8.      Perkembangan monas

BAB III. Penutup
1.      Kesimpulan.
2.      Saran.

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN


BAB II
PEMBAHASAN


A.  Sejarah Berdirinya Monumen Nasional

            Sejarah Setelah pusat pemerintahan republik Indonesia kembali ke Jakarta setelah sebelumnya berkedudukan di Yogyakarta pada tahun 1950 menyusul pengakuan kedaulatan republik Indonesia oleh pemerintah belanda pada tahun 1949. Presiden soekarno mulai memikirkan pembangunan sebuah monumen nasional yang setara dengan menara Eiffel di lapangan tepat di depan istana merdeka. pembangunan tugu monas bertujuan untuk mengenang dan melestarikan perjuangan bangsa Indonesia pada masa revolusi kemerdekaan 1945. Agar terus membangkitkan inspirasi bangsa Indonesia patriotisme generasi saat ini dan mendatang.

            Pada tanggakl 17 agustus 1945 sebuah komite nasional di bentuk dan sayembara perancangan monument nasional di gelar pada tahun 1955. Terdapat 51 karya yang masuk. akan tetapi hanya satu yang di buat oleh
frederich silaban yang memenuhi kriteria yang di tentukan komite antara lain: menggambarkan karakter bangsa indonesia dan dapat bertahan selama berabad-abad. Sayembara ke dua di gelar pada tahun 1960 tapi sekali lagi tak satupun dari 136 peserta yang memenuhi kriteria. akan tetapi soekarno kurang menyukai rancangann itu dan ia menginginkan monumen itu berbentuk lingga dan yoni. silaban kemudian diminta merancang monumen dengan tema seperti itu, akan tetapi rancangan yang di lakukan silaban terlalu luar biasa sehingga biayanya sangat besar dan tidak mapu di tanggung oleh anggaran Negara. Terlebih kondisi ekonomi saat itu cukup buruk silaban menolak merancang bagunan yang lebih kecil
dan menyarankan pembangunan di tunda hingga ekonomi Indonesia membaik.
Soekarno kemudian meminta arsitek R.M. soedarsono untuk melanjutkan rancangan itu. Soedarsono memasukkan angka 17,8 dan 45 melambangkan 17 agustus 1945. Memulai proklamasi kemerdekaan indonesia ke dalam rancangan monumen itu, tugu Ini kemudian di bangun di areal seluas 80 Ha, tugu ini di arsiteki oleh frederich silaban dan R.M soedarsono, mulai di bangun 17 agustus 1961. Pembangunan terdiri atas tiga tahap yaitu:

a.       Tahap pertama kurun 1661/1962 -1964/1965 di mulai dengan di mulainya secara resmi pembangunan pada tanggal 17 Agustus 1961 soekarno secara seremonial menancapkan pasak beton
pertama, total 284 pasak beton di gunakan pada fondasi bangunan. Sebanyak 360 pasak bumi di tanamkan untuk fondasi museum sejarah nasional. Pemasangan fondasi rampung pada bulan maret 1962 dinding museum di dasar bangunan selesai pada bulan oktober. Pembangunan obelisk kemudian di mulai dan di akhirinya rampung pada bulan agustus 1963.

b.      Tahap kedua: berlangsung pada kurun 1966 hingga 1968 akibat terjadinya gerakan 30 september 1969.(G-30-S-PKI) dan upaya kudeta, tahap ini sempat di tunda.

c.       Tahap akhir: berlangsung pada tahun 1969-1976 dengan menambah diorama pada museum sejarah .Meskipun pembangunan telah rampung masalah masih terjadi, antara lain: kebocoran air yang menggenangi museum, monument secara resmi di buka untuk umum dan di resmikan pada tanggal 12 juli 1975 oleh presiden republic Indonesia soeharto. Lokasi pembangunan monument ini di kenal dengan nama medan merdeka.


Lapangan monas mengalami lima kali pergantian nama yaitu:

·         Lapangan gambir.
·         Lapangan ikada.
·         Lapangan merdeka.
·         Lapangan monas.
·         Taman monas.
      Di sekeliling tugu terdapat taman, dua buah kolam dan beberapa lapangan terbuka tempat berolah raga.

                Pada hari-hari libur medan terbuka di penuhi pengunjung yang berekreasi menikmati pemandangan tugu monas dan melakukan melakukan berbagai aktivitas dalam taman. Rancang bangun tugu monas berdasarkan pda konsep pasangan universal yamg abadi lingga dan yoni tugu
obelisk yang menjulang tinggi adalah lingga yang melambangkan laki-laki elemen maskulin bersifat aktif  dan pasif, serta melambangkan perempuan. Elemen feminism yang positif dan negatif serta melambangkan malam
hari, lingga dan yoni merupakan lambang kesuburan dan kesatuan harmonis yang saling melengkapi masa prasejarah Indonesia.
                Selain itu bentuk tugu monas juga dapat di tafsirkan sebagai sepasang “Alun” dan “lesung” alat penumbuk padi yang di pakai dalam setiap rumah tangga petani tradisional. Dengan demikian rancang bangun monas penuh dimensi khas budaya bangsa Indonesia.
Monumen
terdiri atas 117.7 meter obeliks di atas landasan persegi tinggi the 17 meter, pelataran cawan monumen ini di lapisi dengan marmer italy. kolam di taman medan merdeka utara berukuran 25x25 meter di
rancang sebagai bagian dari system pendingin udara sekaligus mempercantik penampilan taman monas. Di dekatnya terdapat kolam air mancur dan patung pangeran diponegoro yang sedang menunggan kudanya,
terbu
at dari perunggu seberat 8 ton. Patung itu di buat oleh pemahat italia, prof. Coberlato sebagai sumbangan oleh konsulat jendral honores.
Dr. Mario bross di india, pintu masuk monas,terdapat di taman medan merdeka utara dekat patung pangeran diponegoro. pintu masuk melalui trowongan yang berada 3 meter di bawah taman dan jalan silang monas,
inilah ketika pengunjung menuju tugu monas.
Loket tiket berada di ujung trowongan.
B. Museum Sejarah Monas.

            Di bagian dasar Monumen pada kedalaman 3 meter di bawah permukaan tanah terdapat museum sejarah nasional indonesia. Ruang besar museum sejarah perjuangan nasional dengan ukuran luas 80x80 meter, dapat menampung pengunjung sekitar 500 orang. Ruang besar berlapis marmer ini terdapat 48 diorama pada ke empat sisinya dan 3 diorama di tengah, sehingga menjadi 51 diorama. Diorama ini di mulai hingga masa orde baru. Diorama ini di mula dari sudut timur laut bergerak searah jarum jam menulusuri perjalanan sejarah indonesia, mulai masa prasejarah, masa kemaharajaan kuno seperti sriwijaya dan majapahit, di susul masa penjajahan bangsa eropa yang di susul perlawanan para pahlawan nasional pra kemerdekaan melawan VOC dan pemerintah hindia belanda. Diorama berlangsung erus hingga masa pergerakan nasional indonesia. Awal abad ke-20, penduduk jepang, perang kemerdekaan dan masa revolusi, hingga masa orde baru di masa pemerintahan soeharto.

C. Ruang Kemerdekaan Monumen Nasional (Monas)

            Di bagian dalam cawan monumen terdapat ruang kemerdekaan berbentuk amphiteater. Ruang ini dapat di capai melalui tangga berputar dari pintu sisi utara dan selatan. Ruang ini menyimpan symbol kenegaraan dan kemerdekaan republik indonesia. Di antaranya:
1.   Naskah asli proklamasi kemerdekaan indonesia disimpan dalam kotak kaca di dalam pintu gerbang  berlapis emas
2.   Lambang negara indonesia.
3.   Peta kepulauan negara kesatuan republik indonesia berlapis emas.
4.   Bendera merah putih.
5.   Dinding yang bertulis naskah proklamasi kemerdekaan indonesia.

            Di dalam ruang kemerdekaan monumen nasional ini di gunakan sebagai ruang tenang untuk mengh eningkan cipta dan berditasi mengenal hakikat kemerdekaan dan perjuangan bangsa indonesia. Naskah asli proklamasi kemerdekaan indonesia disimpan dalam kotak kaca di dalam pintu gerbang  berlapis emas. Pintu mekanis ini terbuat dari perunggu seberat 4 ton berlapis emas di hiasi ukiran bunga wijaya kusuma yang melambangkan keabadian, serta bunga teratai yang melambangkan kesucian. Pintu ini terletak di dinding sisi barat di tengah ruangan berlapis marmer hitam.

            Pintu  ini dikenal dengan nama ”gerbang kemerdekaan” yang secara akan membuka seraya memperdengarkan lagu ”padamu negeri” di ikuti kemudian oleh rekaman suara soekarno tangah membacakan
naskah proklamasi pada tanggal 17 agustus 1945. Pada sisi selatan terdapat patung garuda pancasila, lambang negara indonesi terbuat dari perunggu seberat 3,5 ton dan berlapis emas. Pada sisi timur terdapat tulisan naskah proklamasi berhuruf perunggu, seharusnya sisi ini menampilkan bendera yang paling suci dan di mulai sang saka merah putih, yang aslinya di kibarkan pada tanggal 17 agustus 1945 akan tetapi karena kondisinya sudah semakin tua dan rapuh, bendera suci ini tidak di pamerkan sisi utara dinding marmer hitam ini menampilkan kepulauan nusantara berlapis emas, melambangkan lokasi ”negara kesatuan republik indonesia”.

D. Relief Sejarah Monas

Pada halaman luar mengelilingi monumen pada tiap sudutnya terdapat relief timbul yang menggambarkan sejarah indonesia. Relief ini bermula di sudut timur laut dengan mengabadikan kejayaan nusantara di masa lampau, menampilkan sejarah singa sari dan majapahit.
Relief ini berlanjut secara kronologis menggambarkan masa penjajahan belanda, perlawanan rakyat Indonesia dan pahlawan-pahlawan nasional indonesia, terbventuknya organisasi modern yang memperjuangkan
indonesia merdeka pada awal abad ke-20, sumpah pemuda, penduduk jepang dan perangh dunia 2, proklamasi kemerdekaan indonesia di susul revolusi dan perang kemerdekaan republik indonesia, hingga mencapai masa pembangunan indonesia modern. Relief dan patung-patung ini di buat dari semen dengan kerangka pipa atau logam. Sayang sekali beberapa
patung dan arca mulai rontok dan rusak akibat hujan dan cuaca tropis.


E.     Letak Berdirinya Monumen Nasional

Monumen Nasional terletak tepat di tengah lapangan medan merdeka Jakarta pusat. Monumen dan museum ini di buka setiap hari mulai pukul 08.00 sampai 15.00 WIB. Pada senin pekan terakhir setiap bulanya di tutup untuk umum. Pusat pemerintahan republik indonesia jakarta pada tahun 1950 menyusul pengakuan kedaulatan republik indonesia.

Di bagian dasar monumen kedalaman 3 meter permukaan tanah, cawan yang menopang nyala perunggu, bangsa indonesia senantiasa memiliki semangat memberikan pemandangan bagi pengunjung dari ketinggian 17  meter dari permukaan tanah.

F.     Pelataran Puncak Dan Api Kemerdekaan Monas

Sebuah elevator (lift) pada pintu sisi selatan akan membawa pengunjung menuju pelataran puncak berukuran 11x11 meter di ketinggian 115 meter dari permukaan tanah. Lift ini berkapasitas 11 orang sekali angkut. Pelataran puncak ini dapat menampung sekitar 50 orang, serta terdapat teropong untuk melihat panorama jakarta lebih dekat pada sekeliling badan  elevator terdapat tangga menikmati pemandangan seluruh penjuru kota jakarta. Bila kondisi cuaca cerah tanpa asap kabut, di arah keselatan terlihat dari kejauhan gunung salak di wilayah:
a.       Kabupaten bogor.
b.      Jawa barat.
c.       Arah  utara membentang laut lepas dengan pulau-pulau kecil.

Di puncak monumen nasional terdapat cawan yang menopang nyala obor perunggu yang beratnya mencapai 14,5 ton dan di lapisi emas 35 Kg. Lidah api atau obor ini berukuran tinggi 14 meter. Dan berdiameter 6 meter terdiri dari 77 bagian yang di satukan lidah api ini sebagai symbol semangat perjuangan rakyat indonesia
yang ingin meraih kemerdekaan. Awalnya:
a.       Nyala api perunggu ini dilapisi lembaran emas seberat 35 Kg.
b.      untuk menyambut perayaan setengah abad (50 tahun) kemerdekaan
indonesia pada tahun 1995.
c.       lembaran emas ini dilapisi ulang sehingga mencapai 50 Kg
lembaran emas.

Puncak tugu berupa”Api Nan Tak Kunjung Padam” yang bermakna agar bangsa indonesia senantiasa memiliki semangat yang menyala–nyala dalam berjuang dan tidak pernah surut atau padam sepanjang masa. Pelataran cawan memberikan pemandangan bagi pengunjung dari ketinggian 17 meter dari permukaan tanah.
Pelataran cawan dapat di capai melalui elevator ketika turun dari pelataran puncak, atau melalui tangga mencapai dasar cawan, tinggi pelataran cawan dari dasar 17 meter. Sedangkan rentang tinggi antara ruang museum sejarah ke dasar cawan adalah 8 meter (3 meter di bawah
tanah di tambah 5 meter tangga menuju dasar cawan) luas pelataran yang berbentuk bujur sangkar, berukuran 45x45 meter, semuanya merupakan pelestarian angka keramat proklamasi kemerdekaan RI (17-08-1945).
page 6

G.     Wisata Monas

Untuk mengunjungi Monas, ada banyak jenis transportasi yang dapat Anda gunakan. Jika Anda pengguna kereta api, Anda dapat menggunakan KRL Jabodetabek jenis express yang berhenti di Stasiun Gambir. Anda
pun dapat menggunakan fasilitas transportasi Bus Trans Jakarta. Jika Anda menggunakan kendaraan pribadi, tersedia lapangan parkir khusus IRTI, atau Anda dapat memarkir kendaraan Anda di Stasiun Gambir.

Untuk dapat masuk ke bangunan Monas, Anda dapat melalui pintu masuk di sekitar patung Pangeran Diponegoro. Lalu Anda akan melalui lorong bawah tanah untuk masuk ke Monas. Anda pun dapat melalui
pintu masuk di pelataran Monas bagian utara. Jam buka Monas adalah jam 9.00 pagi hingga jam 16.00 sore. Monas dapat menjadi salah satu pilihan Anda untuk berwisata bersama keluarga dan tempat mendidik anak
anak untuk lebih mengenal sejarah Indonesia. Anda pun dapat menikmati udara segar dari rindangnya pepohonan di Monas. Dan jangan lupa untuk menjaga kebersihan Taman Monas agar tetap indah untuk
dinikmati siapapun.

H.    Perkembangan Monas

1.      Monas Pada Masa Pra Kemerdekaan

                  Sejak ditetapkan sebagai lapangan parade militer pada masa Daendels, Koeningsplein mengalami beberapa kali perubahan penataan. Pada tahun 1892 Dr. M. Treub, Kepala Kebun Raya Bogor, mengajukan
rancangan tata ruang baru untuk Koeningsplein, yaitu sebagai taman kota yang dilengkapi dengan pohon pohon tropis. Akses ke taman berupa sumbu-sumbu diagonal ditambah dengan sumbu melintang yang menghubungkan dengan bangunan museum (Gedung Gajah) di sisi barat taman. Bagian tengah taman yang merupakan pusat pertemuan sumbu-sumbu dirancang untuk menempatkan sebuah patung sebagai simbol “pusat Kota Batavia”.
dengan penataan seperti ini fungsi parade militer diusulkan untuk dikembalikan ke Waterlooplein. Rancangan Dr. M. Treub ini tidak sempat direalisasikan. Berdasarkan catatan atas pemetaan Koningsplein, diketahui bahwa pada tahun 1918 lapangan ini telah
tersegmentasi menjadi beberapa bagian dan beberapa bangunan besar didirikan di atasnya. di sisi utara terdapat bangunan reservoir air dan di dekatnya terdapat fasilitas sportsclub. Masih di sisi utara, berhadapan
dengan Istana Gambir (sekarang Istana Merdeka) terdapat kompleks gedung kantor telepon.

                  Di sisi barat terdapat kompleks bangunan dan taman yang dinamai Helbachpark. Di bagian timur laut terdapat
dua taman, yaitu Decapark dan Frombergpark serta gedung bioskop. Di dekat stasiun Gambir terdapat lapangan pacuan kuda dan di sebelah baratnya lahan untuk festival tahunan Pasar Gambir.
Pada tahun 1930, melalui suatu sayembara, Ir. Thomas Karsten seorang arsitek mengusulkan untuk menata kembali Koningsplein dengan titik tolak konsepsi ”alun-alun”. Sebagaimana terungkap pada rencana di tahun 1937, ada upaya menempatkan gedung Dewan Kota di tengah-tengah lapangan. Ada rencana pula menempatkan alun-alun di sisi selatan gedung Dewan Kota seluas 500 m x 500 m, lengkap dengan pohon beringin. Pada dasarnya, melalui rencana ini hendak dikukuhkan status Koningsplein sebagai pusat orientasi Kota
Batavia yang dilengkapi berbagai fasilitas sosial-budaya dan olahraga, di samping fasilitas lain yang bersifat formal kepemerintahan.
Hanya sebagian kecil dari gagasan Karsten terwujud, selebihnya gagal di implementasikan karena segera setelah itu meletus Perang Dunia ke II. Pada masa pendudukan Jepang (1942-1945) relatif tidak ada perubahan fisik yang signifikan atas Koningsplein selain perubahan nama menjadi Lapangan Ikada (Ikatan Atletik Djakarta). Kawasan di sekitar Lapangan Ikada pun tidak mengalami banyak perubahan.

2.      Monas Pada Masa Pasca Kemerdekaan

                  Setelah penyerahan kedaulatan dari Belanda kepada Indonasia (tahun 1949) terjadi suatu momentum perubahan yang cukup berarti atas kawasan tersebut. Istana Merdeka (eks Istana Gambir) dan Istana Negara (eks Istana Rijswijk) resmi menjadi pusat pemerintahan, selanjutnya Lapangan Ikada diubah namanya menjadi Lapangan Merdeka. Beberapa taman dinamai dengan menggunakan nama tokoh nasional, seperti Chairil Anwar, Ronggowarsito, Amir Hamzah, dan W.R Supratman. Gagasan menasionalisasikan kawasan tersebut
kemudian diteruskan melalui konsep pengembangan kawasan Monumen Nasional serta pendirian Tugu Nasional. Pola diagonal usulan Dr. Treub muncul kembali. Dalam gagasan ini, kawasan di sekitar Lapangan Merdeka dijadikan simbol kebesaran bangsa dan negara melalui penempatan fasilitas-fasilitas nasional yang
berskala dunia. Termasuk dalam konsep ini adalah pengembangan Teater Nasional, Galeri Nasional, Masjid Istiqlal, dan Lapangan Banteng (dengan Tugu Pembebasan Irian Barat) serta Hotel Banteng (kemudian diubah namanya menjadi Hotel Borobudur). Di tahun 1970-an sisi selatan Lapangan Merdeka dijadikan arena Pekan Raya Jakarta (Jakarta Fair) dan Taman Ria Monas yang dimaksudkan untuk mengulangi kesuksesan Pasar Gambir. Namun kemudian kegiatan tersebut dirasakan mulai tidak cocok sebagai pemanfaatan Lapangan Merdeka. Arena Pekan Raya Jakarta kemudian dipindahkan ke lahan bekas bandara Kemayoran. Salah satupengaturan di kawasan sekitar Monas yang diketahui oleh banyak orang adalah ketentuan bahwa:
a.       Tidak di ijinkan ada bangunan melebihi ketinggian tugu
      Monumen Nasional,
b.      Tidak di ijinkan kehadiran fungsi komersial/swasta.

3.      Kondisi Kawasan Monas Saat Ini

Belum lama berselang Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sebagai pengelola kawasan Monas telah membangun pagar besi di sekeliling lapangan. Pintu-pintu gerbang disediakan di sudut-sudut kawasan (akses diagonal) serta bukaan di pintu masuk lapangan parkir di sisi selatan. Sebelumnya rencana pemagaran ini mendapat tentangan keras dari kalangan masyarakat yang mengkhawatirkan keberadaan pagar akan membatasi akses publik ke Lapangan Monas. Pemagaran Lapangan Monas juga tidak tercantum dalam masterplan kawasan ini.
Dalam konstelasi kelangkaan ruang publik di kota Jakarta, Lapangan Monas merupakan tempat rekreasi gratis bagi warga kota Jakarta. Setiap hari Minggu lapangan ini dipenuhi warga masyarakat yang berolahraga atau berekreasi, baik di taman, di kolam-kolam, maupun di tepi-tepi jalan (akses diagonal). Oleh karenanya warga kota kuatir bila pemagaran akan membuat akses mereka ke Monas menjadi terbatas.
Meski mendapat tentangan keras, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta bersikukuh melaksanakan pemagaran Lapangan Monas. Alasan yang dikemukakan adalah untuk menertibkan kawasan tersebut yang sebelumnya sangat semerawut oleh keberadaan para pedagang makanan-minuman yang tidak tertib. Selain itu, setelah
pemagaran selesai lapangan Monas akan digunakan untuk membiakkan rusa totol (seperti di halaman depan
Istana Bogor). Beberapa ekor rusa telah dilepaskan di lapangan ini, meski masih perlu dibuktikan apakah akan berhasil. Sementara itu, sisi selatan masih dominan dengan kegiatan parkir yang melayani pegawai serta tamu kantor kantor di Jalan Medan Merdeka Selatan, terutama kantor Pemerintah Provinsi DKI. Selain itu, beberapa
rumah makan juga mulai bermunculan di sekitar lokasi parkir. Hal ini menandakan bahwa di lapangan ini telah berlangsung kecenderungan perkembangan yang tidak sesuai dengan masterplan kawasan.

  


BAB III
PENUTUP

Penulis mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT. Karena dengan rahmatnya dan petunjuk-Nya penulis dapat menyusun laporan ini dengan sempurna. Dan detik-detik kata terakhir ini apabila dalam laporan ini ada kekeliruan baik segi penulisan, susunan kalimat, dan penyusunan kata, atas perhatianya penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya. Untuk itu penulis mengharapkan kepada pembaca agar dapat memberi saran dan kritik yang membangun guna penelitian lainnya. Demikian laporan yang saya buat maka dari uraian di atas penulis mengambil kesimpulan dan saran-saran sebagai berikut:

A.    KESIMPULAN

1.    Monumen nasional memiliki tugas utama sebagai tempat penyimpanan dan pada masa perjuangan bangsa indonesia.
2.    Museum mempunyai peranan penting dalam usaha dan sejarah perjuangan bangsa indonesia.
3.    Dengan keberadaan museum tersebut pihak pengelola memberikan retribusi sehingga mendapat penghasilan untuk meles tarikan museum nasional (monas).

B.     SARAN-SARAN

Setelah kita memahami uraian-uraian di atas, maka penulis akan menyampaikan saran-saran sebagai berikut:
1.      Jadikanlah dirimu orang yang siap pakai dalam hal apapun sebab menjadi jembatan kehidupanmu.
2.      Hormatilah orang tua dan guru-gurumu karena lantaran beliaulah kamu menjadi orang yang sukses.
3.      Tunjukkanlah dirimu peranan madrasahmu sebagai forum perwujudan kebudayaan nasional.


Dengan rahmat allah SWT yang maha kuasa penulis di beri beberapa kenikmatan yaitu dapat menyelesaikan tugas dalam menyusun Karya Tulis ini dan semoga Karya Tulis dapat memberi manfaat bagi kita semua “AMIN YA ROBBAL ALAMIN”


   


DAFTAR PUSTAKA


Dinas Pariwisata profinsi daerah tingkat 1 jawa barat 1986 :wajah pariwisata jawa barat, yayasan 17 oktober, jakarta.
Singarimbun, masri, efendi. 1987: metode penelitian survei Lp3 SES,jakarta.
Direktorat geologi, 1976, buku tentang ilmu pengetahuan sosial, no.07/XI/7/1.1996 subang jawa barat.
Dirjen vulkanologi, direktur geologi, buku pedoman bandung.

Katili, Ekki husein Haji. 1997. Monumen Nasional Monumen Keagungan bangsa Indonesia. Jakarta : kantor pengelola Monas








 




LAMPIRAN-LAMPIRAN

1 komentar: